Juni 2022
anak bolang dari kampung Tanniasa
Setelah
32 tahun tidak mudik ke Toraja, tentunya dengan berbagai drama sejak nopember
2021, finally here I come back. Kampuang nun jauoh di mato di seberang pulo.
Berangkat
dengan naik Kapal Pantokrator yang berangkat hari Selasa dari Pelabuhan Kota
Samarinda. Tiket kelas ekonomi kami beli seharga Rp 400.000,- per orang melalui
jasa ABK kapal.
Bagi kalian yang ingin harga lebih murah dan bisa memilih lokasi bed, silahkan download di google playstore nama aplikasinya “Easy Book” ketik kapal pantokrator tujuan samarinda-pare pare beserta pilih tanggal keberangkatannya.
Kapal
Pantokrator adalah kapal yang cukup nyaman. Tidak ada berdesakan. Tidak panas
juga tidak dingin untuk kelas ekonomi. wc dan kamar mandi selalu dibersihkan
tiap jam. Ruangannya terang, tidak sempit dan tidak gelap. Aman lah ya, tidak
semenakutkan seperti yang dibayangkan.
Jam 14.00
WITA berangkat dari Pelabuhan samarinda, sampai di Pelabuhan Pare-pare jam
08.00 pagi. Kami sudah memesan jasa angkutan travel sebesar Rp 200.000,- per
orang dengan tujuan kota rantepao. Nama travelnya ISKY TRAVEL. Kami dijemput
buruh travel Isky dari dalam dek kapal sambil barang-barang kami diangkatkan ke
gerobak. Kemudian kami berjalan kaki Bersama buruh dan barang-barang menuju
kantor Isky travel yang tidak terlalu jauh dari Pelabuhan. Di kantor sekaligus
rumah persinggahan, kami dipersilahkan untuk beristirahat dan makan siang sambil
menunggu mobil yang akan mengantar kami ke kota rantepao. Setelah puas
berisitirahat, mandi dan makan siang (semua gratis tidak dipungut biaya karena
include layanan travel) jam 12.00 WITA kami berangkat dengan mobil minibus xenia
berisi 3 orang penumpang dan 1 supir. Beruntung gan.
View dari
sidrap , pinrang yang dipenuhi hamparan sawah maha luas membuat perjalanan tak
membosankan. Begitu memasuki enrekang, lebih gile lagi view nya. Mantab abis
sisi pegunungan dan lembah serta awan yang menabrak puncak pegunungan. Salahnya
saya duduk di sisi kiri mobil, padahal view bukit nona enrekang yang keren itu
di sebelah kanan. Kan begitu syulit mau memfoto keindahan alam enrekang.
Memasuki
makale, terdapat landmark di tebing batu bertuliskan selamat datang di Makale. Mulai
berasa memasuki dengan suasana suku toraja yang dimana mana terlihat bentuk
khas rumah tongkonan. Sawahnya lebih spektakuler lagi, model bertingkat-tingkat
seperti tegal alang di bali, diapit dengan tebing batu tinggi bersambung dengan
pegunungan yang di tutupi awan yang datang silih berganti. Ciyekhhhh jadi
puitis syekali.
Maklumin
aja Namanya orang kota turun ke desa jadinya ya norak juga.
Menjelang
jam 18.30 kami baru sampai di rumah nenek. Rumah nenek di kampung tanniasa. Kampung
yang terletak di lereng gunung entah apa Namanya. Pokoknya dingin semriwing
abis. Malam pertama gue habiskan tidur di hammock memakai sleeping bag dan neck
pillow. Maklum kebiasaan kalo tidur pertama kali di tempat baru harus tidur
ditempat yang terang.
Besok paginya… ga berani mandi pagi-pagi seperti kebiasaan dirumah. Jam 09.00 masih dingin abis. Masih pake baju dingin dan kaos kaki. Air di kamar mandi sedingin es. Jadi masih berleha-leha di teras rumah nenek sambil minum teh panas. Rencana hari ini masih pingin bermalas-malasan dan ga mau keluar. Jadi ya diem saja di rumah sambil menerima kunjungan dari keluarga lain yang mendengar kedatangan kami.
makan bersama sepupu |
mamak lagi menyuapi nenek |
menu sementara karena ga ada grab/go food |
berkreasi dengan bahan yang ada, kalo lagi males ke pasar |
Besoknya, pergi berbelanja sama sepupu, beli logistic dan peralatan elektronik yang sangat diperlukan yaitu rice cooker. Karena kampung nenek cukup dekat dengan pasar, tidak sampe 15 menit sudah sampai di pasar. Kami pulang dengan membawa Banyak barang belanjaan. Karena kampung kami agak di tengah lereng gunung, sepupu turun membawa Sebagian barang dan gue membawa motor ke atas sambil membawa Sebagian barang untuk dioper ke rumah nenek. Saat pulang hendak menjemput sepupu malah ban motor kempes. Wassalam. Jadi motor diserahkan ke sepupu untuk dibawa ke bengkel motor.
Sekian
kegabutan hari ini, jangan harap di kampung sini ada grab/go food sebangsanya. Mau
cari makanan jadi susah, apalagi warga muslim juga agak ribet mencari warung
makanan halal minimal warung lamongan atau warung bugis.
Keesokan
harinya, gue bertekat membawa motor untuk berkeliling di sekitaran kampung. Hunting
foto sambil mencari makan siang yang sesuai dengan selera. Dimana-mana ada
tongkonan. Sawah mah jangan ditanya lagi. Kerbau juga banyak. Pooknya ajib
banget lah viewnya. Ketemu satu café yang kelihatan mewah tapi viewnya itu
mengundang minat. Langsung saja masuk ke Café soundana Namanya. Tepat di
pinggir sawah luas dan rangkaian pegunungan batu. Pesen makan dan minum demi
bisa berfoto di photo booth yang disediakan khusus bagi pengunjung café. Gue pesan
pisang keju coklat dan es teh juga pesan take away untuk ayam goreng dan ikan
nila. Puas hati dan perut, langsung deh pulang ke rumah nenek. Hari ini petualangan
cukup seru buat hunting foto.
soundana cafe dekat SMU Barana |
View nya ajib bwanget |
suasana cafe nya asyik |
Dua hari selanjutnya gue habiskan di rumah nenek saja. Hanya keluar sebentar mencari makan take away di café soundana. Selebihnya minta tolong sepupu untuk membelikan oleh-oleh di pasar bolu untuk dibawa pulang ke samarinda. Hari minggu saya sudah memesan tiket untuk kepulangan ke samarinda. Travel pun sudah disediakan. Ternyata kapal rute pare-pare ke samarinda hanya ada di hari rabu. Jadi kami akan dijemput mobil Isky Travel di rumah nenek pada hari selasa pagi, untuk menginap di kantor sekaligus rumah persinggahan. Selanjutnya rabu pagi akan diantar naik kapal menuju samarinda.
rudy |
wefie with sepupu |
rudy si bolang dari tanniasa |
nene bacce di depan tongkonan miliknya |
lumbung padi di depan rumah nenek |
Perubahan dadakan pun terjadi di hari senin, senin pagi saya diantar sepupu saya untuk melihat deretan rumah tongkonan tidak jauh dari rumah nenek. Saya berfoto sepuas-puasnya. Kebetulan ada nene Bacce, yang mengenal emak sejak kecil. Beliau yang mengajak kami masuk ke dalam tongkonan. Beliau juga menceritakan sejarah penduduk pertama kampung tanniasa. Beliau sangat baik dan ramah. Setelah puas berfoto, saya dan sepupu Kembali pulang ke rumah nenek. senin siang saya dan mama memutuskan untuk menginap di hotel di kota rantepao. Kami memilih wisma maestro atas rekomendasi Isky Travel cabang Malango’. Kami dijemput dari rumah nenek dan di antar ke wisma maestro. Kami bermalam di kamar lantai dua. Kamar yang belum ada AC. Saya pikir AC tidak diperlukan karena merasa rantepao sedingin kampung nenek. Ternyata saya salah besar pemirsaaaaaa… kamar di wisma maestro di malam hari cukup panas sampai gue gelisah tidur.
Pelayanan
wisma maestro cukup baik, hanya saja akses dari jalan raya cukup jauh,
pelayanan makanan utk diantar ke kamar sangat lama dikarenakan posisi wisma berjauhan
dengan resto/warung makan selain itu tidak ada AC atau kipas angin. Entah di
kamar lainnya ada AC atau dikamar lantai dua memang belum dipasang AC. Kelebihannya
adalah, Viewnya menghadap pegunungan yang kece abiessss….
view di lantai dua wisma maestro kota rantepao |
nyoba kopi toraja |
Selasa pagi, kami dihubungi resepsionis untuk mengantarkan kami ke kantor isky travel cabang malango’ dan selanjutnya kami naik mobil travel menuju kota Pare-pare.
Berangkat
Cuma bertiga dalam mobil, pulangnya apes deh. Emak mabok perjalanan, mobil
penuh sampe berdesakan, si supir pake acara kelewatan nganterin paket, dia nembus
jalur alternatif, bukannya lebih cepat sampai malah lebih lama. Berasa pingin
ta cekik sopirnya. Berangkat jam 09.00 pagi dari rantepao, sampe di pare-pare
jam 5 sore, kan what the heck Namanya…
istirahat di kantor travel |
monumen cinta Ainun Habibie |
Untungnya bisa isitirahat di kantor travel. Mandi sepuasnya, makan malam ada disediakan, tapi aku lagi kepingin bakso. Jadilah berjalan kaki di sekitar Pelabuhan pare-pare. Ketemu lapangan monument cinta Kasih Ainun Habibie, langsung cekrek.
Nemu bakso
didepan Pelabuhan. mie baksonya unik. Mie nya pake mie instan. Kuahnya bening. Pentolnya
banyak kanjinya. Harga Rp.15.000,-. Ya ampun, padahal ga pingin banyak, mau
beli sepuluh ribu ga boleh. Ya sudahlah… Cuma buat ngerasain lidah aja. Walhasil
dibawa pulang dan dimakan berdua sama mamak, ternyata kami sepakat, ga worthy
rasanya.
Malam hari
suasana di kantor travel cukup rame, karena Sebagian penumpang travel akan
berangkat jam 12 malam untuk ikut kapal menuju Balikpapan, sedangkan sisanya
kami berdua berangkat besok pagi dengan kapal menuju samarinda. Keesokan
paginya kantor travel sepi tapi tidak lama. Datang lagi rombongan penumpang
yang berangkat Bersama kami naik kapal prince soya menuju samarinda. Karena masih
ada waktu, penumpang masih dipersilahkan untuk sarapan dan berisitirahat. Gue memanfaatkan
waktu dengan berjalan kaki menuju indomaret untuk membeli minuman dingin dan
cemilan, selanjutnya menuju KFC untuk membeli paket nasi KFC serta es krim.
dek dua kelas ekonomi kapal pantokrator |
dek kabin VIP kapal prince soya |
Jam 10 kami diantar ke kapal Bersama barang-barang yang diangkatkan oleh buruh travel. Kami diantar masuk hingga ke dalam dek VIP kami. Sungguh bagaikan langit dan bumi kapal pantokrator dengan kapal prince soya. Kelas ekonomi dek 2 kapal pantokrator lebih nyaman dibanding kabin VIP kapal prince soya. Kami diruangan ber AC dan TV tapi tanpa bed atau bantal atau sekat pembatas. Semua disusun kayak beras berhimpitan. Semua Lorong kapal dipenuhi bed yang digelar dijalanan. Banyak penumpang yang tidur di Lorong beralaskan bed. Jadi gue ga niat bertanya lagi kenapa kabin VIP ga punya bed. WC dan kamar mandi jangan ditanya. Sempit, gelap dan jorok. Penyajian makanannya pun, di kapal pantokrator masih dalam bentuk nasi kotak, begitu di kapal prinbce soya, dikasi nasi bungkus. Untung udah persiapan beli KFC, jatah nasi bungkus kami berikan ke orang lain. Hedeh… Ga dua kali deh naik kapal begini. Rabu sore jam 15.30 kapal mulai berangkat meninggalkan Pelabuhan pare-pare. Keesokan harinya, jam 09.00 kami sudah sampai di kota samarinda.
Catatan biaya :
Kapal pantokrator dek 2 kelas
ekonomi : Rp 400.000,- / orang
Isky travel rute pare-pare ke rantepao : Rp 200.000,- ( 085395857012)
Wisma maestro : Rp 350.000,00 / malam
Isky travel rute rantepao ke pare-pare : Rp.200.000,- (085255335841)
Kapal prince soya dek kabin VIP : Rp 550.000,-/ orang
Koleksi Foto trip
No comments:
Post a Comment