Once upon a time in Samarinda….
arah pariwisata sudah kebablasan menurut ku…
Mengapa? karena konsepnya bukan menikmati keindahan alam lagi, melainkan mengubah bentuk alam agar menghasilkan uang dari wisatawan tanpa memperhatikan ekosistem alam. Di saat negara maju berusaha menghadirkan suasana alam di tengah kota modern mereka, seperti singapura dengan gardens by the bay. Di Kalimantan timur khususan samarinda yang terjadi malah sebaliknya. Hutan kota berubah jadi plaza. Sepetak hutan alami yang menjadi favorite muda mudi samarinda untuk menikmati weekend sambil berenang di air terjun, malah dirusak. Yap…asli dirusak! Di eksavator dengan memindahkan bebatuan di kolam alami air terjun. Mengubah aliran air terjun, membendung aliran sungai, dan mengubah bentuk tepian sungai Pampang. Air terjun pampang nomor 1 , nomor 2, Gua Pampang serta 3 camping ground yang berada satu jalur, jadi tidak nyaman dikunjungi karena adanya proyek taman wisata buatan.
Air terjun Pampang no 1 *udah rusak |
air terjun pampang no 2 *udah rusak |
air terjun pampang no 3 *masih alami |
Kami sebagai
Kaum PUPALA SETAN MERAH alias… kaum Pura pura Pecinta Alam Setiap Tanggal
Merah, merasa terzolimi. Lahan kemping gratis, bermain di air terjun gratis,
menjelajah gua gratis, trekking di hutan alami secara gratis, kecuali kalo parkir
kendaraan, titip helm, mandi atau ke toilet ya bayar aja lah sama pengelola
yang menyediakan layanan tersebut. tempat Refreshing gratisan tersebut hilang
seiring eksavator mengeruk air terjun pampang nomor 1 & 2 yang biasa
diakses dari jalan berambai. Lokasi jalur masuk air terjun di beri palang oleh
pemilik proyek. bentuk air terjun sudah tidak dikenali lagi karena hasil urukan eksavator disana sini.
Akhirnya,
saya dan kawan kawan yang tergabung di grup whatsapp komunitas wisata kaltim,
mulai mencari alternatif tempat untuk refreshing. Salah satu dari anggota grup
kami yaitu Miss Irene yang cantic dan fotogenik kebetulan menjabat sebagai
ketua Pokdarwis Desa Wisata Pampang.
Irene
mengajak kami menyusuri Sungai Pampang yang dimana daerah hulunya adalah satu
aliran dengan air terjun pampang nomor 1 & 2 yang telah rusak bentuk alaminya. Kami diajak
ke lokasi air terjun nomor 3. Dengan semangat membara kami menerima ajakan Irene.
Hari minggu, tidak kurang dari 15 orang dalam satu rombongan memulai petualangan dengan berkumpul di Lamin Pemung Tawai. Disana dengan izin khusus kami boleh memasuki Lamin yang sebelumnya dikunci karena protocol pencegahan penyebaran covid dari luar.
Di Lamin
kami menerima bimbingan dari Ketua Adat Desa Pampang. Beliau menceritakan
sejarah dari air terjun berambai. Sebenarnya air terjun tersebut ditemukan
lebih dulu oleh warga adat Pampang maka diberi nama air terjun pampang. Dari para
Tetua Adat menetapkan agar aliran sungai pampang yang terdapat 3 air terjun,
serta hutan disekitarnya menjadi Hutan Adat yang tidak boleh dibuat jadi kebun
oleh masyarakat adat pampang. Air terjun tersebut disakralkan sebagai sumber
air yang penting bagi warga pampang serta seluruh generasi penerusnya.
Namun lama kelamaan, hutan adat tersebut mulai terkepung oleh pembukaan lahan warga pendatang. Sering kali patok tanah yang dibuat oleh warga adat pampang bergeser bahkan dicabut diam diam entah oleh siapa. Pembukaan lahan, pembuatan jalan raya serta perubahan nama menjadi berambai, hingga akhirnya muncul pemilik lahan 20 hektar meliputi air terjun pampang menjadi dilemma bagi masyarakat adat pampang.
Sungai dan air terjun yang disakralkan malah terkepung oleh sawit dan tambang, final blow air terjun dirusak bentuk alaminya hingga menimbulkan air bah yang membanjiri desa pampang. Warga pampang cukup kaget dengan parahnya banjir yang mendera mereka. Banjir tahun ini cukup parah sehingga ketinggiannya ada yang sepinggang bahkan setinggi dada orang dewasa di kawasan pemukiman penduduk desa pampang.
Oke, yang
saya ceritakan diatas adalah yang menjadi latar belakang kami untuk menyusuri
sungai pampang dari arah Lamin Pemung Tawai Desa Pampang. Kami berkendara roda
2 melewati perkebunan warga. Berhubung semalam hujan, kami melewati jalan yang
semula cor beton, berubah ke pengerasan jalan lanjut ke tanah liat dan
berlumpur. dari Lamin menuju titik terakhir untuk memarkir kendaraan kurang lebih 4 kilometer. kemudian dari titik awal trekking kurang lebih 2 kilometer. dari air terjun nomor 3 menuju camping ground yang ada pondok tak berdinding serta jalur menuju Gua Pampang kurang lebih 200 meter. dari pondok menuju Gua Pampang kurang lebih 15 menit trekking dengan medan sedikit curam, menanjak dan licin.
Normalnya jika cuaca kering, dari lamin pemung tawai berkendara sekitar 1 jam menuju lokasi awal trekking. Selanjutnya trekking menembus kebun warga kemudian melnyusuri sungai pampang yang berkelok kelok hingga ke air terjun nomor 3 memerlukan waktu jaln santai 1-1,5 jam saja. Namun… you know warga plus sixty two… lama perjalanan bisa menjadi 3x lebih lama karena mesti banyak berhenti untuk selfie baik individu maupun massa, belum lagi ngevlog, belum lagi minta difotoin, belum lagi bikin tik tok. Blassss….
Namun itulah
serunya… jalan berlumpur yang super licin, cukup menguras tenaga terasa
terbayarkan saat kami mulai menyusuri sungai pampang. Kami menemui hutan alami
yang membentuk kanopi tinggi. Masih ada pohon yang sangat besar yang kita pikir
ga bakal ada di Pampang yang termasuk daerah pinggir kota. Aku sendiri berpikir
untuk menemukan pohon sebesar itu mesti paling tidak ke Taman Nasional Kutai
lah di Kutai timur. Eh ternyata yang dekat ada, yaitu di tepi sungai pampang.
jalur trekking dimulai |
pohon besar |
Perjalanan
kami lanjut menyusuri tepi sungai pampang. Di sepanjang sungai kami banyak
menemukan bongkahan bebatuan yang hanyut dari hulu sungai. Ada juga batang
pohon besar yang bergelimpangan. Kami melewati rangkaian tebing yang mengapit
kedua sisi sungai pampang. Aseli keren bwooooo… stalaktit stalakmit, bebatuan
runcing yang tinggi menghalangi cahaya matahari sehingga terasa seperti
twilight zone alias zona senja yang temaram. Rangkaian tebing tersebut sangat
cucoook untuk dijadikan background foto. Berhubung kanan kiri tebing tinggi,
mau ga mau kami semua nyebur di sungai yang tinggi airnya sepinggang hingga
setinggi dada orang dewasa.
Disinilah drama terjadi, ada yang hape dan kameranya ikut terendam di air. Salah juga sih ga pakai dry bag. Di atas tebing ada juga batang pohon melintang hasil dari air bah. Cukup jelas jejak air bah ternyata sangat tinggi dan deras hingga mampu menghanyutkan dan menyangkutkan batang pohon dilokasi tebing yang cukup tinggi.
Setelah keluar dari rangkaian tebing sungai, kami berjalan di tepi sungai yang berbatu. Cukup banyak mata air yang kami temui disepanjang tepi sungai. Mata airnya sangat jernih dengan air yang bisa langsung diminum dan terasa menyegarkan. Air aqua mah lewat.
Saat berjalan di tepi sungai, kami sempat dikejutkan sesosok hewan yang kami kira monyet sedang menuruni bukit menuju sungai. Ternyata itu berang-berang sodaraaaaa… gak nyangka bisa ketemu berang berang.
Tak terasa
sudah sampai di air terjun pampang nomor 3. Ada 2 kolam alami diantara air
terjun 3. Kolam alami diatas agak kecil dan dangkal. Sedangkan kolam dibawah
air terjun nomor 3 cukup luas dan agak dalam. Di kolam ini cocok untuk berenang
dengan berbagai macam gaya atau terjun sambil difoto dari puncak air terjun.
Kolam Atas |
air terjun pampang no 3 |
kolam bawah |
Disini hutan
berkanopi tinggi sehingga cahaya matahari tidak sampai ke lantai hutan. Berkas cahaya
matahari tersebut membentuk ray of light yang cucoook untuk difoto. Pokoknya petualangan
kami menyusuri sungai pampang hingga ke air terjun nomor 3 sangat menyenangkan.
Di sini, kami bertemu dengan wisatawan yang berasal dari arah air terjun nomor
2. Mereka bilang semalam berkemah di camping ground yang dekat pondok tak
berdinding. Mereka turun menyusuri sungai dengan berjalan kaki menuju air
terjun nomor 3 tempat kami bersantai ria. Kata Irene, tidak jauh dari sini,
kita bisa langsung ke Gua Pampang. Wawww…
Setelah puas
piknik, kami berjalan kembali mengikuti jalur sungai pampang hingga ke tempat
kami memarkir kendaraan kami. Berhubung cuaca cerah dan cukup panas, membuat
jalan berlumpur yang kami lewati agak kering tidak separah saat kami berangkat.
Setelah berkendara 45 menit kami pun sampai ke rumah Irene untuk berisitirahat.
jika kalian ada yang berminat ingin kemping atau trekking menyusuri sungai Pampang, bisa hubungi saya di 085247919998. saya akan mencoba membantu. japri aja untuk menanyakan info tentang destinasi wisata di kaltim sepanjang yg saya tau. kalo ga tau ya mohon dimaafkeun. free berbagi info dari saya. malah senang kalo bisa ngetrip rame-rame.
Dari trip ini, aku menyimpulkan :
Pengakuan Hutan adat itu sangat penting bagi pelestarian sungai dan air terjun pampang. Hutan adat yang ditetapkan oleh parat tetua adat saat tahun 80an dimana mereka mendapat dukungan dari pemimpin daerah saat itu yang menjadi dasar warga pampang untuk memperjuangkan agar sungai pampang beserta ekosistem didalamnya tidak boleh dirusak.
Jika hulu sungai pampang dirusak, air terjun diubah bentuk alaminya maka pengaruhnya sudah jelas. Saat hujan akan terjadi air bah karena bebatuan air terjun telah dirusak sehingga tidak ada yang menahan arus deras air bah. Akibat pengerukan oleh eksavator di air terjun pampang nomor 1 & 2 membuat air sungai pampang menjadi keruh kekuningan. Namun adanya penampakan berang-berang membuat saya sedikit lega, bearti sungai pampang masih memiliki cadangan makanan bagi berang-berang tersebut. Walaupun kehidupan berang berang tersebut juga tidak pasti.
Pengalihan fungsi lahan di daerah hulu sungai pampang yaitu kawasan berambai yang agak tinggi membuat air hujan tidak terlalu banyak diserap oleh hutan yang berganti menjadi perkebunan dan tambang. Hujan membuat air bah yang mengalir di sungai pampang membanjiri kawasan pemukiman penduduk desa pampang dan selanjutnya menjadi banjir kiriman ke daerah samarinda utara yang selalu menjadi daerah langganan banjir. Mau sampai kapan pemerintah mendiamkan? Hanya Tuhan yang tahu.
Bagi saya, berwisata adalah salah satu cara mengagumi ciptaan Tuhan. Berwisata ke tempat yang memiliki keindahan alam. Tempat yang memiliki nilai penting bagi kehiduan manusia. Tempat yang mengajarkan kita arti penting pelestarian alam bagi manusia. Alam rusak, bencana datang, manusia menjadi korban akibat perbuatannya sendiri yang merusak alam. Kita tidak punya planet cadangan. bumi menjadi satu-satunya tempat manusia bisa hidup. Alam memberikan kita kehidupan, maka kewajiban kita melestarikan alam agar alam bisa menjamin kelangsungan hidup kita hingga anak cucu kita.
Oleh karena
itu, mari suarakan, pentingnya mengembalikan fungsi hutan. Hormati sungai. Rawatlah
sungai agar air menjadi teman kita, bukan musuh kita dalam bentuk banjir. saya tidak mendukung atau mempromosikan destinasi wisata yang merusak alam.
Sekian terima gajih.
mau baca versi singkat tulisan saya? silahkan klik link berikut :
Begitu Eksotis, Ini Sungai Pampang Samarinda
TIPS SUSUR SUNGAI PAMPANG :
1. Ingin berwisata menyusuri sungai pampang seperti kami? Hubungi pokdarwis pampang ya. Biar mereka bisa mengawal perjalanan kalian menyusuri sungai pampang hingga ke air terjun pampang. Jangan tanpa izin dan membuat jalur sendiri. Nyasar atau terjadi kecelakaan, kalian bisa kehilangan nyawa dihutan karena ga ada pertolongan.
2. Gunakan sepatu atau sandal yang nyaman untuk trekking. Gunakan drybag agar barang bawaan tidak basah. Jangan lupa bawa baju ganti. Bawa bekal makanan minuman dan kamera. Lebih oke lagi kalo bawa tongkat khusus trekking.
3. Ingat aturan berwisata di alam yaitu : JANGAN MENINGGALKAN APAPUN SELAIN JEJAK, JANGAN MENGAMBIL APAPUN SELAIN FOTO DAN JANGAN MEMBUNUH APAPUN SELAIN WAKTU.
4. Jangan membuang sampah apapun selama perjalanan. Ingat kalo ada sampah, masukkan dalam tas, dibawa kembali hingga menemukan tempat khusus pembuangan sampah.
5. Jangan menginjak
mata air. Jika mata air diinjak hingga bentuk alaminya rusak, maka mata air
yang tersumbat akan merusak tepian sungai karena erosi. Kalo sudah erosi, maka
pepohonan di pinggir sungai bisa tumbang. Jadi wajib memperhatikan langkah
kaki.
No comments:
Post a Comment