- stingless Jelly fish (Schypozoa)
- whale shark (rhincodon thypus)
- Borneo Orang Utan ( Pongo Pygmaeus Morio)
- Pesut Mahakam / Freshwater Dolphin ( Orcaella Brevirostris )
- Borneo Black Orchid ( Coelogyne pandurata )
- Iron wood ( Eusideroxylon Zwageri )
- Enggang Gading ( Rhinoplax Vigil )
7 wildlife diatas merupakan sebagian kecil dari Biodiversity yang dimiliki Pulau Kalimantan pada umumnya dan kalimantan timur khususnya. tidak semua hewan dan tumbuhan tersebut mudah ditemui. ada yang berada di area khusus dan ada pula yang illusive alias bisa melihat hanya karena keberuntungan. di artikel ini saya akan berbagai sedikit info dari masing masing wildlife yang mewakili Magnificent Of East Borneo Wlidlife beserta lokasi pengamatannya.
Jadi belajar mengenali, membangkitkan rasa mencintai, berusaha untuk menemui di habitat asli dan berjuang untuk melindungi adalah pencapaian tertinggi yang ingin saya bagi kepada para pembaca. penasaran akan keistimewaan Magnificent Seven Of East Borneo?yuk mari dibaca.
Stingless Jellyfish (Ubur-Ubur Tanpa Sengat)
|
Stingless Jelly Fish at Kakaban Island |
lokasi :
Di Dunia : Indonesia dan Palau
Di Indonesia : ada 10 tempat di Indonesia, dua diantara di Kalimantan Timur yaitu :
Danau Pulau Kakaban kecamatan Maratua Kabupaten Berau kalimantan timur,
Mengapa ada ubur-ubur tanpa sengat di kakaban? berawal dari sebuah pulau karang berbentuk cincin (atol). ditengah atol berisi air laut (laguna). karena adanya pergerakan lempeng bumi menyebabkan pulau atol terangkat hingga 40-60 meter ke atas permukaan laut yang memerlukan proses 1-2 juta tahun lamanya.
Setelah permukaan terangkat, air laut didalamnya terjebak bersama biota laut lainnya sehingga mengalami adaptasi dan evolusi. ubur-ubur kehilangan sengat karena tidak memiliki predator alami sehingga tidak memerlukan alat perlindungan diri dan juga memiliki sumber makanan yang melimpah. meskipun danau kakaban terisolasi, danau kakaban masih bersifat asin/payau karena di dasarnya terdapat sejenis lubang, saluran atau retakan yang memungkinkan pertukaran air danau dengan air laut disekitarnya.
Mengapa ada ubur-ubur tanpa sengat di kakaban? berawal dari sebuah pulau karang berbentuk cincin (atol). ditengah atol berisi air laut (laguna). karena adanya pergerakan lempeng bumi menyebabkan pulau atol terangkat hingga 40-60 meter ke atas permukaan laut yang memerlukan proses 1-2 juta tahun lamanya.
Setelah permukaan terangkat, air laut didalamnya terjebak bersama biota laut lainnya sehingga mengalami adaptasi dan evolusi. ubur-ubur kehilangan sengat karena tidak memiliki predator alami sehingga tidak memerlukan alat perlindungan diri dan juga memiliki sumber makanan yang melimpah. meskipun danau kakaban terisolasi, danau kakaban masih bersifat asin/payau karena di dasarnya terdapat sejenis lubang, saluran atau retakan yang memungkinkan pertukaran air danau dengan air laut disekitarnya.
ada 4 spesies ubur ubur tanpa sengat di pulau kakaban yaitu ubur-ubur Bulan (Aurelia aurita), ubur-ubur terbalik upside-down jellyfish (Cassiopea ornata), ubur-ubur totol (mastigias papua) dan ubur-ubur kotak (Tripedalia cystosphora).
- Danau Haji Buang Pulau Maratua Kabupaten Berau Kalimantan Timur. ada populasi kecil ubur-ubur yang mirip dengan ubur-ubur tanpa sengat yang ada di danau kakaban. namun perlu diteliti lebih jauh apakah merupakan habitat alami yang proses pembentukannya sama seperti yang di Pulau Kakaban, atau hanya buatan manusia yang memindahkan sejumlah ubur-ubur kakaban ke danau tersebut untuk alasan tertentu. wallahualam.
Whale Shark ( Hiu Paus)
lokasi wisata pengamatan hiu paus
Di Dunia :
- pantai timur afrika, Negara-negara lepas pantai timur Afrika seperti Kenya, Mozambik, Djibouti, dan Tanzania merupakan salah satu tempat terbaik untuk melihat hiu paus. Di Mozambik, hiu paus bisa terlihat pada bulan November hingga Februari. Hiu paus mengunjungi perairan Djibouti untuk memakan plankton di sekitar Laut Merah. Di Madagaskar,ada pusat penyelaman bersama hiu paus tepatnya di Pulau Nosy Be.
- Honduras, bisa melihat hiu paus terutama Pulau Utila. Keunikan dari pulau ini karena hiu paus dapat dilihat sepanjang tahun. Selain Utila, hiu paus sering terlihat di lepas pantai Pulau Roatan di Karibia.
- Ningaloo Reef Australia merupakan tempat terbaik penyelaman untuk berenang bersama ikan paus. Hiu paus juga dapat terlihat di sekitar perairan Australia setiap bulan Maret hingga Juli.
- Pulau Holbox dan Pulau Mujeres ( Meksiko) merupakan salah satu tempat terbaik hiu paus di dunia. Waktu yang tepat untuk melihat hiu paus di Meksiko adalah dari Juni hingga September.
- pulau cebu, Oslob, Philipina Selatan terdapat tempat wisata memberi makan hiu paus namun sempat menuai protes dan kecaman keras karena mengubah perilaku alami hiu paus yang enggan bermigrasi karena ketergantungan dari pemberian makanan atraksi turis.
Di Indonesia :
- taman nasional teluk cenderawasih nabire papua barat. bisa diakses dengan penerbangan ke nabire kemudian dilanjutkan naik perahu ke kwatisore selama 3 jam. disarankan datang pada bulan Mei dan Oktober saat cuaca baik.
- pantai botubarani, Gorontalo. bisa diakses dari pusat kota Gorontalo naik kendaraan bermotor kurang lebih 40 menit menuju desa botubarani.
- tali sayan kabupaten Berau Kalimantan Timur dapat diakses dengan penerbangan ke Bandara Kalimarau, Berau, lalu melanjutkan perjalanan ke Talisayan selama 4 jam melalui jalur darat. Selanjutnya naik perahu dari Dermaga Talisayan untuk ke tengah, tempat bagan-bagan berada. perhatikan waktu perjalananmu dengan cermat, ya, karena hiu paus hanya ada setelah subuh dan sebelum matahari meninggi.
- Pulau Derawan Kabupaten Berau Kalimantan Timur dapat diakses dengan penerbangan ke Bandara Kalimarau, Berau, lalu melanjutkan perjalanan ke tanjung batu kurang lebih 2 jam menggunakan mini bus travel. setelah itu naik speed boat reguler menuju pulau derawan kurang lebih 30 menit. setelah sampai di Pulau Derawan sewa kapal untuk menuju Bagan yang disinggahi Hiu Paus.
Nama latin Hiu Paus adalah Rhincodon typus. Hiu paus adalah ikan terbesar di lautan yang mengarungi samudera dan menyembunyikan misteri dari siklus hidupnya. Jika ingin bertemu dengan hiu paus di alam, kita bisa menemukannya di Perairan Berau. Perairan Berau diketahui sebagai salah satu wilayah dengan adanya kemunculan hiu paus secara berkala.
Berdasarkan penelitian berkala yang dilakukan sejak 2014 silam di Perairan Berau, sebanyak 93 individu hiu paus teridentifikasi dan didominasi oleh pejantan (90 individu). Tidak hanya di Perairan Berau, sebanyak lebih dari 10 individu hiu paus dari kelompok ini teramati muncul di Perairan Talisayan dan juga di Pulau Derawan.
Panjang total hiu paus yang yang ditemukan berkisar antara 3-7 meter sehingga masih dikategorikan sebagai remaja belum dewasa (juvenile). Perairan Berau menyediakan tempat hidup yang nyaman dan makanan yang cukup bagi hiu paus terutama para individu juvenil jantan. Hiu paus biasa muncul ketika bagan beroperasi di Talisayan yaitu ketika musim Selatan (Juni-Oktober atau Mei-Desember).
Menurut cerita warga Talisayan, hiu paus mulai berdatangan ke perairan mereka sejak para nelayan membuang hasil tangkapan ikan kecil ke laut. Biasanya, hiu paus akan berkeliaran untuk makan dekat bagan pada pukul 05.00 – 08.00 WITA. Kamu pun tidak perlu berenang terlalu dalam karena saat diberi makan, hiu paus akan berada pada kedalaman 5 meter saja sebelum kenyang dan kembali ke tengah laut. Hiu paus hanya ada setelah subuh dan sebelum matahari meninggi. selain di Tali Sayan, Hiu Paus juga sering muncul disekitar Bagan Pulau Derawan.
Menariknya, hiu paus hanya muncul di Derawan saat musim angin utara. Ketika masuk musim angin selatan, mereka akan berpindah ke Talisayan. Jadi kalau kamu tidak ketemu hiu paus di Talisayan, bisa jadi mereka sedang bermain di Derawan.
Iron Wood ( Pohon Ulin )
|
ulin raksasa, sangkimah, TN Kutai |
Nama latinnya adalah Eusideroxylon zwageri T. et B. Pohon ini banyak tumbuh secara alami di Pulau Kalimantan, Sumatera bagian Timur dan Selatan, Pulau Bangka dan Belitung.
Pohon ulin biasa juga disebut dengan sebutan kayu besi, bulian atau orang Sumatera Selatan biasa menyebutnya onglen. Ulin yang digolongkan ke dalam suku Lauraceae ini pada umumnya memiliki tinggi pohon sekitar 30- 35 meter sampai 50 meter, dengan diameter setinggi dada yaitu 60 cm hingga 120 cm.
Kayu ulin terkenal akan ketahanannya terhadap perubahan suhu, kelembaban, serta tahan terhadap pengaruh air laut, karena sifat kayunya yang sangat berat dan keras. Karena karakteristik inilah, maka kayu ulin memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Pohon ulin juga memiliki beberapa manfaat dari sisi ekologis, antara lain:
- Sebagai habitat bersarangnya orang utan, selain itu daun mudanya juga merupakan makanan bagi orang utan.
- Pohon ulin juga mampu menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis dan mengurangi pengaruh efek rumah kaca
- Akarnya yang kuat mampu menahan air dan mencengkram tanah dengan kuat sehingga dapat mencegah terjadinya erosi dan longsor
- Manfaat dari sisi kesehatan yaitu biji dan buah pohon ulin dipercaya sebagai bahan pengobatan herbal untuk menghitamkan rambut dan mencegah tumbuhnya uban. Selain itu, biji ulin yang telah dihaluskan juga dapat digunakan sebagai obat bengkak.
Di
Taman Nasional Kutai, Kalimantan, pertumbuhan pohon ulin bersifat alami dan memiliki struktur vegetasi. Hal ini menunjukan bahwa spesies ulin dapat beregenerasi dengan baik.
Ulin Raksasa & Tertua 1.000 Tahun
Salah satu taman nasional di Kalimantan, tepatnya Taman Nasional Kutai menjadi lokasi tumbuhnya pohon berkayu besi tertua dan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Di wilayah hutan tropis dataran rendah yang terletak di Desa Sangkima, Kabupaten Kutai Timur terdapat pohon ulin yang usianya telah mencapai lebih dari 1.000 tahun dengan diameter 2,47 meter.
Kayu yang menjadi buruan para penjarah kayu ini tumbuh sempurna dan pertama kali ditemukan pada tahun 1993 oleh Sarjo, tenaga pengamanan hutan Taman Nasional Kutai ketika mendampingi peneliti asing. Menurutnya, pohon tua ini dapat selamat dari penjarahan kayu karena berada di kawasan wisata alam yang dilindungi.
Status Konservasi
Pohon ulin merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam kategori
IUCN 2.3 (International Union for Conservatian of Nature) yaitu termasuk dalam kategori rentan ( Vulnerable ).
Ulin juga termasuk ke dalam daftar tanaman yang ada pada Apendix II CITES (Convetion International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) sehingga konservasi sumberdaya genetik dan budidaya terhadap jenis ini perlu segera dilakukan.
Status konservasi pohon ulin dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 54/KPTS/UM/2/1972 yang menyatakan bahwa pohon ulin termasuk spesies yang dilindungi dan penebangan pohon ini hanya diperbolehkan pada pohon yang memiliki diameter 60 cm ke atas.
Kayu ulin boleh diperdagangkan untuk lokal dan pasar ekspor selama management authority dari negara pengekspor mengeluarkan izin. Izin yang diperlukan untuk ekspor berdasarkan pada saran scientific authority yang telah mengadakan kajian dan menyimpulkan bahwa perdagangan jenis tumbuhan ini tidak akan membahayakan kelestariannya atau populasi pohon ulin di alam.
Namun dalam perkembangan terbaru, tanaman ulin ternyata kini tak lagi dilindungi. Melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106/2018 Kementerian Lingkungan Hidup, ada 9 jenis tumbuhan lain yang dikeluarkan dari daftar terlindungi dan salah satunya adalah Kayu Ulin.
Konservasi in-situ jenis pohon ulin antara lain terdapat di :
- Taman Nasional Kutai,
- Hutan Lindung Sungai Wain Balikpapan,
- KHDTK Samboja Kabupaten Penajam Paser Utara,
- Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser,
- KHDTK Berau Kabupaten Berau
- Taman Borneo Samarinda
- pusat pembibitan pohon ulin oleh Kelompok Green House pesona Alam Bontang.
Konservasi Ek-Situ yaitu di luar tempat tumbuh ulin perlu juga dilakukan antara lain di areal HTI dan areal Kelapa Sawit. Jenis pohon ulin beserta jenis asli setempat lainnya disarankan untuk ditanam pada areal HTI dan HTR seluas 1-2 % tergantung luasnya hutan tanaman, agar kelestarian ulin dapat terjamin.
|
Ulin Raksasa, Sangkimah, TN Kutai
|
Anggrek Hitam ( Black Orchid )
|
Anggrek Hitam Kalimantan |
Nama latin Anggrek Hitam adalah Coelogyne pandurata. Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna hijau muda.
Bunganya cukup harum semerbak dan biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni. Diketahui, anggrek hitam atau coelogyne pandurata adalah spesies endemik pulau Kalimantan yang dilindungi. Pada alam liar, anggrek hitam Kalimantan biasa hidup di pepohonan tua yang berada di sekitar pantai atau rawa, dengan durasi mekar selama 5 sampai 6 hari.
Anggrek hitam sangat mudah dijumpai di kawasan Cagar Alam Padang Luway yang merupakan habitat asli jenis flora tersebut. Sebagai tumbuhan epifit, anggrek hitam hidup menempel pada batang kayu atau pohon, disamping beberapa diantaranya tumbuh di lantai hutan pada batang kayu yang telah rebah.
Keindahan anggrek hitam bisa dinikmati saat musim berbunga tiba. Musim berbunga Anggrek Hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober sampai Desember. Terdapat ratusan kuntum bunga yang bisa kita temui di lihat selama musim bunga di Kersik Luway, cagar alam di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Saat ini, habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun Anggrek Hitam masih bisa dijumpai di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang sedikit.
Cagar Alam Padang Luway itu berada di Kampung Sekolaq Darat, Kecamatan Sekolaq Darat. Kampung Empas, Kecamatan Melak dan Kampung Kelay, Kecamatan Damai.
Dari Samarinda, ibu kota Provinsi Kaltim, cagar alam ini berjarak sekitar 350 kilometer. Dapat dijangkau melalui darat, sungai, dan udara. ”Melalui jalur darat ditempuh waktu sekitar 7-10 jam, sungai dengan menggunakan kapal motor sekitar 17 jam, dan transportasi udara sekitar 45 menit. Masyarakat setempat menamakan areal semacam ini kersik.
Ada tiga areal kersik di cagar alam ini. Yakni, kersik serai, kersik mencege, dan kersik luway. Di kawasan ini pula terdapat jenis tumbuhan (flora) yang mempunyai nilai konservasi dan keindahan tinggi. Yaitu anggrek hitam (coelogyne pandurata lindl).
Selain itu, jenis anggrek lainnya. “Menurut Eksplorasi Kebun Raya Bogor pada 2012 mencatat keberadaan 47 jenis anggrek di cagar alam ini seperti, anggrek kantong semar, tebu, merpati, anyaman, bulu rindu, dan lainnya. Sementara, fauna atau satwa yang hidup dan dilindungi di kawasan ini seperti, owa-owa, rusa/payau, kijang, kancil/planduk, burung rangkong/enggang, dan berbagai jenis burung madu, murai batu, kacer, dan lainnya.
Status konservasi
Status konservasi anggrek hitam kalimantan di situs IUCN Redlist tidak ditemukan Meskipun tidak terdaftar dalam IUCN, spesies ini terdaftar dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Fauna and Flora) Appendices II, yang menyatakan keberadaannya belum terancam punah tetapi perdagangannya harus dikontrol agar tidak menjadi terancam punah.
Konservasi in Situ yang diketahui yaitu cagar alam Kersik Luway ( Padang Luway ) di Kutai Barat dan adanya kegiatan reintroduksi 1000 bibit anggrek hitam di kawasan Taman Nasional Kutai, memungkinkan kita untuk melihat anggrek hitam dari dekat namun tetap harus mengikuti prosedur kunjungan. Konservasi ex situ juga ada di kebun raya Balikpapan.
Pembudidayaan
Dalam pembudidayaan tanaman khas pedalaman Kalimantan ini setidaknya ada dua izin yang harus dikantongi agar Anggrek Hitam dapat menjadi komoditi yang dikomersilkan. Yakni izin penangkaran dan izin edar. Namun begitu, hanya Anggrek Hitam hasil penangkaran yang boleh diperjualbelikan. Sementara anggrek hasil buruan di hutan tetap tidak diperkenankan.
Orang Utan Kalimantan ( Pongo Pygmaeus)
Istilah orangutan diambil dari kosakata Bahasa Melayu, yaitu ‘orang’ yang berarti manusia dan ‘utan’ yang berarti hutan. Dengan demikian orang utan berarti manusia yang hidup di dalam hutan. Tidak salah jika orangutan disebut “manusia”, sebab satwa langka ini mempunyai hubungan kekerabatan erat dengan manusia, kesamaan DNA orang utan dan manusia sebesar 96,4 %.
Orang utan adalah satu-satunya kera besar yang hidup di daratan asia, sedangkan semua kerabatnya berada di afrika. kera besar lainnya yaitu gorilla, simpanse dan bonobo ditemukan di wilayah Afrika.
90 % populasi orang utan berada di Indonesia dan hanya ada di dua tempat yaitu pulau sumatera dan kalimantan. ada 5 sub species orang utan, dua diantaranya berada di sumatera dan 3 sub species ada di kalimantan.
Menurut Atmoko (2007), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) terpisah secara geografis paling sedikit sejak 10.000 tahun yang lalu, saat tejadi kenaikan permukaan air laut antar kedua pulau itu.
Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) tersebar di seluruh pulau Kalimantan di Indonesia (Kalimantan) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak, orangutan sumatera (Pongo abelii) yang berada di pulau Sumatra dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) asli dari Tapanuli Selatan.
Status Konservasi
Semua sub-spesies orangutan Borneo adalah spesies langka dan sepenuhnya dilindungi oleh perundang-undangan Indonesia. Spesies ini diklasifikasikan oleh CITES ke dalam kategori Appendix I (species yang dilarang untuk diperdagangkan secara komersial karena sangat rentan terhadap kepunahan).
Beberapa ancaman utama yang dihadapi oleh orangutan Borneo adalah kehilangan habitat, pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan dan perdagangan orangutan untuk menjadi satwa peliharaan. Orangutan sering kali disebut sebagai hama karena sering dianggap mengganggu perkebunan sehingga tidak jarang terjadi konflik antara orangutan dan manusia. dulu orang utan masuk merusak pucuk kelapa sawit untuk dimakan. karena dianggap hama, perusahaan sawit menawarkan sayembara berhadiah uang untuk membunuh orang utan. oleh karena itu si pemburu membunuh induk dan menjual anaknya untuk diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan sehingga mendapat banyak uang. namun sekarang dengan banyaknya NGO yang bergerak dalam pelestarian dan konservasi, konflik lahan dengan hewan dapat dikurangi karena NGO langsung bergerak untuk merehabilitasi dan merelokasi hewan liar yang kehilangan habitat.
Pusat Penyelamatan Orang Utan
Di Pulau Kalimantan ada 4 pusat rehabilitasi Pongo Pygmaeus, di kalimantan tengah ada Orang Utan Foundation yang mengelola orang utan care center and quarantine (kota waringin) dan Camp Leakey yang berada di Taman Nasional Tanjung Puting kalimantan Tengah. di kalimantan timur dikelola oleh center for orang utan protection (COP) yaitu Borneo Orang Utan Survival foundation di Samboja dan pusat rehabilitasi nyaru menteng. COP juga sedang dalam pembangunan tempat rehabilitasi yang baru yaitu daerah sepaku, penajam. selain di kalimantan bagian indonesia, juga ada pusat rehabilitasi Orang utan di Kalimantan Bagian malaysia yaitu pusat rehabilitasi orang utan Sepilok, sabah, malaysia timur.
Orang utan memang sudah sangat langka untuk dilihat di kalimantan, namun bukan berarti mustahil dilihat. orang Utan Kalimantan ( pongo Pygmaeus pygmaeus, pongo Pygmaeus Morio, Pongo Pygmaeus wurmbii) dapat dilihat di :
- Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur.
- Taman nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.
- Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng, palangkaraya Kalimantan Tengah.
- Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat.
- Samboja Lodge BOSF, Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
- Pusat Konservasi Orang Utan (International Animal Rescue) Indonesia, Ketapang, Kalimantan Barat.
- Hutan Lindung Wehea Kelay, Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Pesut Mahakam ( irawaddy freshwater dolphin)
Di Indonesia, hewan ini bisa ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Selain di Sungai Mahakam, pesut ditemukan di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau Melintang (11.000 ha). selain itu pesut biasa ditemukan di Muara Kedang Rantau, Kedang Kepala, Belayan dan Muara Pela Kabupaten Kutai Kertanegara. Desa Wisata Pela menjadi destinasi wisata unggulan untuk pengamatan Pesut yang sering hilir mudik antara Danau Semayang dan Sungai Mahakam.
Dalam klasifikasi, taksonomi rangkong tergolong dalam famili Bucerotidae (julang, enggang, dan kangkareng). Pada umumnya bersifat arboreal, memiliki paruh yang panjang dan besar. Beberapa jenis memiliki tanduk (casque) yang menonjol di atas paruh yang kadang-kadang memiliki warna mencolok. Penyebaran rangkong di Afrika, Asia Tropis, dan seluruh wilayah Indonesia.
Burung Rangkong termasuk ke dalam family Bucerotidae dan di dalamnya masih terdapat subfamily-subfamili lainnya. Terdapat total 62 jenis burung unik ini yang tersebar dari Afrika, Asia, Indonesia, dan Papua Nugini. Di Asia sendiri terdapat 32 jenis dengan 13 jenis burung ini ada di Indonesia, yaitu:
- Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix) berasal dari Sulawesi
- Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatusI) yang berasal dari Sulawesi
- Julang Sumba (Rhyticeros everetti) yang berasal dari Sumba.
- Enggang Klihingan (Annorrhinus galeritus)
- Enggang Jambul (Berenicornis comatus)
- Julang Jambul-Hitam (Rhabdotorrhinus corrugatusI)
- Julang Emas (Rhyticeros undulates)
- Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus)
- Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris)
- Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)
- Enggang Gading (Rhinopkex vigil)
- Rangkong Papan (Buceros bicornis)
- Julang Papua (Rhyticeros plicatus)
|
Taman Nasional Kutai |
Burung Enggang sendiri memiliki banyak keunikan yang hanya dimiliki oleh burung ini, yaitu salah satunya balung yang berada di atas paruh burung unik ini. Balung merupakan salah satu ciri khas dari satwa yang satu ini. Casque atau balung sendiri terletak di atas paruh yang hanya dimiliki oleh satwa langka ini.
Balung berfungsi sebagai ruang dengung suara, hal tersebut yang menyebabkan balung memiliki struktur yang berongga. khusus Enggang Gading, balungnya terdiri dari keratin padat tanpa lubang berongga.
Habitat Burung Enggang umumnya di hutan dataran rendah dengan ketinggian 0-1000 mdpl. Hutan tropis pun banyak ditemukan burung langka ini. Daerah jelajah burung ini dapat mencapai 100 km2, hal tersebut artinya Burung Enggang dapat menebar biji seluas 100 km2.
Saat kondisi hutan masih bagus dan belum mengalami deforestasi hutan, di situ pasti masih banyak ditemukan Burung Enggang. Hal ini karena burung ini yang hidup di virgin forest pasti masih sangat bebas untuk mencari makan maupun mencari sarang untuk tempat mengarami telur.
Ketika kondisi hutan sudah rusak, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan populasi Burung Enggang karena burung ini memang secara alami bersarang di lubang pohon. Apalagi saat jumlah pohon berdiameter besar sudah berkurang. Hal tersebut akan menyulitkan Burung Enggang dalam mencari sarang.
Status Konservasi
Menurut Red list IUCN, Burung Rangkong Gading termasuk ke dalam kategori kelangkaan spesies Critically Endangered (CR) artinya terancam punah. Jenis lainnya ada yang termasuk ke dalam Vulnerable (VU), Near Threatened (NT), dan ada yang termasuk ke dalam status Least Concerned (LC).
Penyebab kelangkaan burung ini yaitu tinggi nya perburuan oleh masyarakat, perdagangan serta kondisi hutan yang semakin memburuk.
Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Sumberdaya Ekosistem Hayati dan Ekosistemnya mengatur tentang sanksi-sanksi yang didapatkan jika melakukan perburuan liar. PP no 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Burung Rangkong pun masuk ke dalam lampiran satwa yang dilindungi termasuk family Bucerotidae.
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang perubahan atas Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi beberapa jenis termasuk satwa yang dilindungi yaitu: Enggang Klihingan, Kangkareng Perut-Putih, Kangkareng Hitam, Enggang Jambul, Enggang Papan, Enggang Cula, Enggang Jambul-Hitam, Kangkareng Sulawesi, rangkong Gading, Julang Sulawesi, Julang Sumba, Julang irian, dan Julang Emas.
Hukum yang mengatur tentang perburuan satwa liar adalah UU No. 5 Tahun 1990 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menyebutkan barangsiapa yang melakukan perburuan sampai menyebabkan perubahan terhadap ekosistem hutan akan mendapatkan hukum pidana yang sesuai.
Mantap, sangat ilmiah
ReplyDelete