|
seluruh pesta trip wisata komunitas berfoto bersama dengan warga desa
Lekaq Kidau di Lamin Pemung Tawar
|
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Ahmad
Herwansyah dan Bang Innal Rahman yang telah mengundang saya untuk ikut serta
dalam wisata komunitas 2019 yang diadakan oleh kantor Dinas Pariwisata
Provinsi Kaltim. saya termasuk diantara 20 perwakilan dari komunitas
travelling dan penggiat wisata seperti trave blogger, couch surfing, MTMA,
Exotic Kaltim, Mahakam Explore, 1000 Guru dll.
|
Perwakilan dari Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur berfoto
bersama dengan pejabat daerah Loa Kulu
|
Acara wisata komunitas 2019 dimulai pada hari Rabu pagi jam 07.00
berkumpul di dermaga pasar pagi ilir. setelah semua peserta dicek
kehadirannya, kapal pun mulai berangkat menuju tujuan pertama yaitu Loa Kulu
untuk mengunjungi gedung Magazijn yang merupakan salah satu bangunan
bersejarah peninggalan penjajah Jepang.
|
gedung Magazijn menjadi lokasi pemburu objek foto B & W atau old
theme
|
|
Bermain Filter di Gedung Magazijn
|
Kami tiba di dermaga Loa Kulu jam 09.30 WITA. kami disambut dengan
penyerahan souvenir untuk perwakilan dinas pariwisata dengan kecamatan
setempat dilanjutkan dengan tarian penyambut tamu yang dibawakan penari dari
sanggar seni lokal. setelah itu kami berjalan kaki sekitar 10 menit menuju
Gedung Magazjin. disamping gedung magazjin terdapat balai desa yang diisi oleh
stand stand makanan dan minuman tradisional. ada gula merah yang dibuat
langsung oleh Ibu Lurah, ada tempe mendoan dengan bungkus pisang yang khas loa
kulu, ada kue kering dan topi seraung yang dijual untuk souvenir. setelah
acara sambutan selesai, kami bergantian mengambil foto di dalam gedung
magazjin. menurut sejarah, gedung magazijn terdapat goa terowongan tambang
batubara yang digunakan oleh tentara Jepang. kemudian gedung tersebut
dihancurkan karena dicurigai sebagai tempat penyimpanan senjata.
|
destinasi pertama berkunjung ke Gedung Magazijn Loa Kulu
|
|
berbagai macam kuliner tradisional Loa Kulu
|
Selanjutnya kami kembali ke kapal dan menuju pelabuhan museum tenggarong untuk
menjemput beberapa peserta wisata komunitas. kapal tiba di pelabuhan museum
sekitar jam 12.30 WITA. setelah peserta naik ke kapal, perjalanan dilanjutkan
kembali menuju tujuan berikutnya yaitu desa adat Lekaq Kidau di Sebulu.
|
Delta Sungai Mahakam
|
|
menikmati keindahan sungai Mahakam dari dek atas Kapal Pesut Kita
|
Kapal kami tiba di desa lekaq kidau sekitar pukul 16.45 WITA. semua peserta
turun dari kapal dan darahkan menuju Lamin Pemung Tawar. disana kami disambut
dan bersalaman dengan penari yang berpakaian adat. senang rasanya disambut
dengan keramahan seluruh warga desa Lekaq Kidau.
|
penyambutan ala warga desa Lekaq Kidau
|
|
mengunjungi Lamin Pemung Tawar Desa Budaya Lekaq Kidau Sebulu Kutai
Kartanegara
|
Setelah semua peserta berkumpul didalam lamin pemung tawar, acara pentas
seni budaya dimulai dengan tari penyambutan khas suku dayak kenyah yaitu tari
nyelamasakae. tari ini dibawakan oleh anak gadis.
|
Tari selamat Datang
|
Tari selanjutnya adalah tari Ajae yang dibawakan oleh remaja laki-laki.
tarian ini melambangkan kegagahan. selanjutnya tari Datun Jalut yang dibawakan
oleh Para ibu. gerakan tari ini menirukan gerakan burung enggang yang
merupakan hewan penuh kasih sayang dan melambangkan perdamaian.
|
tari ajae |
|
tari datun jalut |
Tarian selanjutnya adalah tari tunggal puteri dan tari tunggal putera.
tarian selanjutnya adalah tari perang yang merebutkan seorang puteri. alkisah
zaman dahulu kala di suatu desa tidak boleh mengambil istri dari desa sendiri.
jadi para pemuda harus mengambil istri dari desa lain. di sebuah desa ada
seorang puteri yang cantik dan banyak diperebutkan para pemuda. akhirnya para
pemuda harus berperang dengan mengadu kekuatan mistis untuk memenangkan sang
puteri. tari ini membuat saya kagum karena 2 pemuda yang menari sambil
berkelahi menggunakan mandau asli. coba kalian bayangkan jika penari laki-laki
tersebut salah bergerak sehingga melukai lawan penarinya, dipastikan luka
serius. saya saja merekam video tariannya cukup ketar ketir merasakan angin
dari gerakan berkelahi para penari pria-nya. tarian ini diakhiri degan salah
seorang penari pria membawa sang puteri sebagai hadiah atas kemenangannya
dalam berkelahi dan adu kekuatan mistis.
|
Tari Perang |
Tari selanjutnya adalah tari kreasi remaja puteri yang diiringi oleh
lagu modern. selanjutnya tari penutup yaitu sesi menari bersama antara seluruh
penari adat dengan peserta Komunitas.
|
Tari bersama |
Selesai acara di Lamin Pemung Tawar, kami kembali ke kapal. perjalanan
dilanjutkan langsung menuju desa Pela. dari panitia, diberitahukan perubahan
tujuan destinasi yaitu kunjungan ke petilasan lesong batu Muara Kaman
dibatalkan karena sudah terlalu sore. tidak memungkinkan jika kami berkunjung
ke situs lesung batu di malam hari.
|
Gapura Desa Lekaq Kidau
|
Jam 19.00 WITA seluruh peserta makan malam bersama di Kapal. sekitar jam
22.30 WITA kami baru sampai di Pela. sebagian besar peserta meninggalkan kapal
ntuk menuju beberapa Homestay. sedangkan saya, Mba Rahma dan Faisal menuju
Posyandu Desa Pela, dimana 4 teman kami sudah menunggu. mereka bermotor menuju
desa Pela untuk mengikuti festival danau semayang. mereka berempat mengundang
kami makan malam di posyandu dengan hidangan grill ikan patin bakar dan ikan
nila bakar serta pindang ikan nila yang lezat.
Sungguh terharu, disediakan makan begitu banyak oleh mereka. kami pun tidur
rame-rame di posyandu atas izin dari ketua Pokdarwis Pela yaitu Bang Alimin.
keesokan pagi, alarm disetel jam 05.30. kami bersiap hendak joging pagi sambil
berburu sarapan tradisional desa pela. beberapa ibu-ibu warga Pela
mengeluarkan jualan untuk sarapan seperti kue untuk-untuk isi kelapa, wadai
gelang bertabur gula halus dan buras ketan dengan siraman sambal kacang yg
pedas tapi nikmat. saya, mba Rahma, Reza dan Faisal, langsung memakan buras,
untuk untuk dan wadai gelang. ibu penjual yang baik hati memberi kami teh
gratis. sungguh nikmat sarapan di teras depan rumah warga Pela. ini wisata
yang menyenangkan bagi yang ingin melupakan kejenuhan hidup di kota. disini
semua mengalir nyaman.
Setelah kenyang dengan sarapan tradisional. kami berempat melanjutkan joging sambil mencari warung yang buka. kami berencana hendak
membeli minuman instan, cold drink dan snack. setelah menemukan warung yang
buka sepagi hari ini, kami bertiga melanjutkan joging menuju ujung desa
sedangkan reza kembali menuju posyandu untuk membawakan sarapan bagi Ado, Desi
dan Hefni. sampai di ujung desa, kami berfoto di jalanan kayu warna warni
pelangi yang masih terputus. sepertinya jalanan kayu ini akan disambung menuju
camping ground Tanjung Tamannoh.
Setelah puas berfoto, kami bertiga kembali untuk mencari homestay tempat bang
Innal menginap. kami ingin menanyakan acara untuk hari ini apa-aa saja.
setelah bertemu bang innal yang lagi santai di teras homestay kami mendapat
penjelasan tentang urutan acara hari ini.
Kami bertemu dengan Bang Alimin. stelah bersalaman. kami pun diajak ikut
rombongan mba Dian Rosita beserta keluarga untuk naik ketinting mencari pesut
mahakam. di dalam kapal ada kami ber 12 orang ditambah supir. cukup deg-degan
dengan kapasitas sangat penuh, tapi dengan pikiran seng penting yaqin...
ketinting kami melaju menuju danau semayang dan kanal-kanal kecil didalamnya
untuk mencari pesut. didalam pulau-pulau kecil yang terbentuk di danau
semayang ada kandang sapi atau kerbau rawa milik warga bahkan ada juga
kuburan. yang terbersit di pikiran saya adalah, bagaimana repotnya jika ada
penduduk yang meninggal. mesti diangkut pakai kapal untuk dikuburkan di
kuburan yang terpisah dari pemukiman warga.
Okelah... lanjutannya kami banyak melihat penampakan pesut mahakam namun entah
mengapa baik di foto maupun video yang kami rekam semua penampakannya kurang
jelas. kami semua menggunakan gadget sih, ga ada yang bawa kamera outdoor,
camera digital maupun SLR. sepertinya untuk mengabadikan foto pesut harus
bermodalkan kamera SLR dengan lensa tele biar dapat foto pesut yang jelas.
maklum pesut hanya muncul sekali-kali. itu pun yang muncul hanya kepala dan
siri punggungnya. jarang pesut melompat ke udara seperti yang dilakukan
sepupunya yaitu lumba-lumba di laut.
|
Pesut Mahakam berstatus Critically Endangered Species
|
|
Melihat pesut yang banyak muncul di desa pela membuat kami sangat
gembira. ini jauh nikmat dan bahagia dibanding menonton sirkus lumba-lumba
keliling. sirkus lumba-lumba adalah cara edukasi yang salah kepada anak-anak.
lumba-lumba yang dipaksa untuk melakukan sirkus adalah lumba-lumba yg
ditangkap paksa dari laut kemudian harus dikurung di kolam berkaporit tinggi
dan hanya makan sedikit ikan yang tidak segar demi bertahan hidup. mereka
dibawa berkeliling indonesia hingga jangka hidup mereka hanya mencapai 2-5
tahun paling lama dalam perbudakan sirkus.
|
populasinya tersisa 82 ekor di Dunia dan hanya ada di Sungai Mahakam
|
Oleh karena itu wahai orang tua, bijaksanalah untuk mengedukasi anak
anda. beri edukasi yang benar dengan membawa anak anda berwisata ke Desa Pela
untuk melihat pesut mahakam yang berenang bebas disana daripada anda
menyumbangkan uang anda untuk keserakahan manusia yang memperbudak lumba lumba
demi keuntungan pribadi mereka.
|
Jangan Pernah Menonton Sirkus Lumba-lumba (source KOPHI Kaltim)
|
Pesut mahakam pun tak luput dari penculikan, sekitar tahun 80-an pernah
diam diam terjadi penangkapan pesut mahakam untuk dibawa ke akuarium di Ancol
dengan dalih penangkaran dan wisata edukasi. hingga kini puluhan pesut mahakam
tersebut hilang tak berbekas. entah mati atau dijual keluar negeri.
Sekarang pun Pesut mahakam sudah mendekati ambang kepunahan yaitu dengan
populasi tidak lebih dari 80 ekor yang hidup. sedangkan setiap tahunnya kami
menghitung bisa 5 hingga 7 ekor pesut yang mati akibat terjerat jala nelayan,
tersetrum alat pancing bahkan termakan pampers.
Yok mari kita sebagai warga kaltim harusnya bangga masih bisa menyaksikan
pesut Mahakam berenang bebas di sungai mahakam. dengan berwisata ke desa pela
untuk melihat pesut Mahakam, smoga meningkatkan kesadaran kita dan pemerintah
bahwa kelestarian pesut mahakam berada di tangan kita. untuk itu kita tidak
boleh membuang sampah ke sungai, kita harus melindungi habitat pesut mahakam,
para nelayan tidak boleh menggunakan alat pancing ilegal yang bisa
membahayakan pesut, pemerintah harus mengurangi lalu lintas tug boat
pengangkut batu bara yang banyak berseliweran di jalur migrasi pesut
mahakam.
|
naik ketinting pokdarwis Desa Pela untuk Berburu Foto Pesut Sungai
Pela
|
Semoga suatu hari nanti tidak akan datang waktu dimana kita hanya bisa
melihat pesut dalam bentuk foto saja. oke lanjut... setelah menguber-uber
pesut dari danau semayang hingga mendekati jembatan kuning abunawas, kami pun
kembali ke homestay.
Atas kebaikan hati mba Dian Rosita, kami digratiskan dari share cost ketinting
sebesar Rp.150.000,- untuk perjalanan mencari pesut mahakam. semoga mba Dian
makin banyak rezekinya Aminnn yarabal alamin.
Rezeki anak soleh... perut kenyang, joging sehat dan bisa liat pesut berenang
dari dekat... ini trip yang paling mantab ya kan. kami bergegas pulang menuju
posyandu untuk mandi pagi dan bersiap mengikuti acara festival danau semayang.
selesai mandi sekitar jam 09.00 desa pela didera angin yang cukup kencang.
saya pun heran, takira angin kencang begini cuma ada di pantai, eh ini kok di
desa pela. apakah ini pengaruh dari letak geografis desa pela yang berada di
tepi danau semayang yang cukup luas seperti lautan. mungkin saja.
Angin kencang sepertinya membuat orang-orang menunda kegiatan festival danau
semayang hingga selesai dzuhur. daripada tidak ada kegiatan kami bertiga
melanjutkan jalan-jalan mengukur panjang jalanan desa pela ke arah yang
berlawanan dengan arah joging kami tadi pagi.
Kami menuju sentra pengolahan ikan asin. di sana saya membeli ikan asin sepat
dengan harga murah yaitu Rp 25.000,- per kilo ditambah bonus ikan tambahan
dari bapak penjual ikan asin yang baik hati.
|
desa pela adalah desa nelayan
|
Semua sudut desa pela, asyik untuk dijadikan objek foto. tapi lebih
asyik lagi jika sisi jalan desa pela ditanami pohon pelindung dan tanaman
berbunga. pasti desa pela walking-able dan foto-able
bagi para pecinta jalan kaki dan kameragrapher seperti kami. Kami sebagai
warga kota loh, ke warung depan rumah aja pake motor, males jalan kaki, begitu
berwisata di desa, jalan kaki 2 kilo meter pun dijabanin.
|
Jalanan Desa Pela terbuat dari kayu ulin yang bersih
|
|
Desa Pela termasuk lahan basah danau semayang
|
Setelah puas memfoto hamparan ikan asin, sekubangan penuh lautan belut,
membajak rombongan anak kecil untuk berfoto hingga jalanan kayu yang lebar
berakhir menjadi jalanan lebih kecil, kami pun balik arah untuk pulang ke
posyandu yang menjadi markas sementara kami di desa pela. berhubung hari sudah
sangat terik, jalanan kayu yang tadinya masih bisa dijalanin dengan telanjang
kaki, mulai berefek membuat kaki kepanasan, akhinya faisal memakai sepatu yang
sejak awal dijinjing di tangan dan mba rahma tetap bertelanjang kaki karena
memang sengaja tidak memakai alas kaki.
|
Desa Pela enjoyable!
|
Sampai di posyandu, kami berbaring santai sambil menunggu waktu makan siang
tiba. Hefni, desi, ado dan reza pamit pulang duluan menuju samarinda.
Sedangkan kami masih bertahan karena mengikuti rangkaian acara trip wisata
komunitas yang diadakan Disparprov kaltim.
Jam 13.30 makan siang sudah disiapkan di kapal. Kami mulai makan siang sambil
melihat acara menari bebas diiringi saweran untuk anak-anak warga desa yang
mau ikut menari bersama peserta trip. Saya jadi risih melihat saweran dan
mendengar lagu yang sebenarnya kurang cocok untuk didengar anak kecil. Selama
perjalanan travelling saya, saya paling anti untuk memberi uang kepada anak
kecil di tempat yang saya kunjungi. Saya tidak ingin membuat mereka terbiasa
meminta-minta kepada wisatawan. Oleh karena itu saya lebih suka membawa banyak
buku dan alat tulis untuk diberikan kepada anak-anak desa daripada memberi
uang. Lain halnya jika ada pentas seni budaya tari dan wisatawan diperkenankan
memberikan saweran kepada penari tersebut. Itu sah sah saja karena membuat
anak-anak lebih semangat mempelajari tarian daerah.
Okeh lanjut, selesai makan siang, acara festival danau semayang pun dimulai
pada jam 14.00 WITA. Acara pertama adalah lomba mendanau, atau lomba menangkap
ikan dengan tangan kosong. Grup pertama diikuti oleh anak-anak selanjutnya
grup dari peserta trip wisata komunitas dan grup selanjutnya adalah warga desa
pela. Acara lomba ini sangat meriah karena membuat penonton gregedt sementara
pesera kegelian menangkap belut. Lanjut…
|
Lomba Mendanau atau Lomba menangkap ikan dengan tangan kosong
|
Selesai lomba mendanau dilanjutkan lomba mendayung. Berhubung warga
serptinya banyak yang tidak tau kalo ada lomba, akhirnya para peserta trip
komunitas yang menjadi peserta lomba mendayung. Sungguh ini lomba terngakaks
yang pernah saya tonton. Gimana enggak, seharusnya peserta mendayung manju
menuju garis start lomba ini malah muter –muter ga keruan arah. 3 dari 4
perahu udah mulai berlomba menuju garis finish, malah satu kapal menuju arah
beralawanan hingga dikira mereka ga jadi ikut lomba dan kembali ke homestay.
Adapun yang duluan sampai garis finish malah menggunakan cheat yaitu bantuan
salah seorang panitia. Lucu banget lombanya. Sebenarnya ga ada yang menang.
|
Lomba dayung peserta trip wisata Komunitas
|
Setelah lomba mendayung dilaksanakan dua sesi, akhirnya lomba diakhiri
karena kapal pesut kita akan menuju ke danau semayang agar semua peserta dapat
bermain di tanjung tamannoh dan menikmati sunset danau semayang yang cantik.
Banyak warga dan anak-anak desa yang ikut berkumpul di tamannoh. Ada yang
berenang, ada yang bermain ski air, ada yang leyeh leyeh diatas lay bag, ada
yang naik Menara pandang, dan kami bersantai ria di dek atas kapal pesut kita
sambil membidik kamera ke arah matahari tenggelam di garis cakrawala danau
semayang. Mantab eh! Rugi deh kalian yang belum menyaksikan keindahan danau
semayang hingga hari ini.
|
Enjoy Sunset Moment Di Danau Semayang
|
Setelah matahari tenggelam dan senja beranjak malam, kapal pesut kita
meninggalkan danau semayang untuk kembali ke pela. Semua peserta kembali ke
homestay masing-masing dan bersiap mengikuti acara penutupan dan perpisahan
trip wisata komunitas dengan warga desa pela. Kami bertiga kembali ke posyandu
untuk mandi dan bersiap ke balai desa yang berada tepat dibelakang posyandu.
Disana sudah disiapkan meja prasmanan dan kursi untuk para tamu festival danau
semayang.
|
Kapal Pesut Kita berlayar ke danau semayang
|
Acara belum dimulai, namun kami dipersilahkan Kepala Desa untuk
menyicipi maknan prasmanan yang telah disediakan. Ada pepes belut, belut asam
manis, ikan haruan goreng, ikan nila goreng, ikan asin biawan dan bubur ampul.
Ini semua adalah sajian khas desa pela yang merupakan desa nelayan dengan ikan
yan melimpah dari danau semayang.
Atas saran dari kepala desa, kami memulai makan dengan bubur ampul sebagai
sajian pembuka atau ungkapan selamat datang. Bubur ampul mirip kokoleh atau
bubur sumsum. Pokoknya enak banget dah. Selanjutnya makanan berat. Berdasarkan
testimony dari mba rahma, faisal dan pak camat MTMA, pepes belut endeusss
banget dan wajib dicoba. Kami makan beramai-ramai sambil lesehan di lantai
teras balai desa. Perut kenyang hati senang dan sepertnya sudah banyak tamu
yang berdatangan. Acara pun dibuka oleh Kepala Desa dan tari jepen dari penari
remaja puteri sebagai ucapan selamat datang bai para tamu undangan. Rangakian
demi rangkaian acara berakhir pada bagian penyerahan trofi bagi pemenang lomba
dalam acara festival danau semayang. Tiba saatnya semua peserta trip wisata
komunitas berpisah dengan segenap warga desa pela. Kami mengucapkan terima
kasih kepada perangkat desa, ketua pokdarwis dan anggotanya yang
menyelenggarakan acara festival danau semayang dengan meriah serta tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada warga pela yang mau menerima kami dengan
keramahan luar biasa. Akhirnya kami semua naik ke kapal dan kapal pun bertolak
menuju samarinda.
Sungguh perjalanan luar biasa yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata
Provinsi Kaltim. Saya bangga karena menjadi bagian dari kegiatan yang
mempromosikan wisata kaltim. Saya berharap kegiatan seperti lebih sering
diadakan oleh Disparprov kaltim karena manfaatnya dapat dirasakan semua pihak
yang terlibat. Bagi saya kegiatan seperti ini, membuat saya mengetahui lebih
banyak lagi destinasi wisata di kaltim, saya bisa membuat banyak tulisan untuk
mempromosikan wisata kaltim ke berbagai komunitas traveler atau backpacker
Indonesia. Terima kasih sekali lagi kepada Pak Ahmad Herwansyah dan Bang Innal
Rahman, semoga tulisan saya tidak mengecewakan dan bisa mendatangkan banyak
wisatawan untuk berkunjung ke Kaltim khususnya Desa Wisata Pela.
Bagian kalian yang ingin mengunjungi desa wisata Pela untuk melihat pesut
Mahakam dan menikmati keindahan danau semayang silahkan baca informasi lengkap
cara menuju Desa Pela di link berikut →
Destinasi Wisata Baru Danau Semayang