Jumat siang, 21 maret 2014.
proudly present!! my sweet adventure on April 2014 |
Wellcome to start point Bamboo Rafting |
Tapi...berhubung ada firman dan teman-teman yang menjamin keselamatanku, akhirnya! Here i am. Sabtu, 22 maret 2014 Jam 04.30 tiba di terminal bis Kandangan. Supir bus menyarankan untuk berhenti di terminal ini kalau ingin ke Lok Sado, karena ada ojek yang bisa mengantarkan langsung ke Lok Sado. Kalo angkutan umum rute Lok Sado seperti yang diinfokan teman-teman, malah ga keliatan sama sekali. Dengar dari warga Lok Sado sih, angkutan itu adalah angkutan yg khusus mengangkut hasil bumi warga Lok Sado untuk di jual ke pasar Kandangan.
Makanya cuma ada seminggu sekali yaitu hari rabu, dari Lok sado berangkatnya jam 05.00- 06.00 dan pulang dari terminal Kandangan jam 10.00-12.00 siang. Menerima penumpang dengan membayar Rp.15.000,-. Untungnya, aku dan firman udah janjian ketemu di bundaran ketupat kandangan. Setelah menikmati perjalanan 12 jam di bus banjar, akhirnya tiba di Kandangan dan bertemu Firman. Ternyata Firman cuma berdua bersama temannya yang bernama "Lumi". Rencana awal, rombongan Firman ber lima orang cewe&cowo. Tapi kok, yang nongol 2 orang cowo. Katanya Firman, biasalah PHP hahaha... Beberapa diantaranya memutuskan membatalkan trip Lok Sado demi ikut trip ke Balabalagan. Jadi, kami bertiga menunggu teman-teman dari Banjarmasin datang menjemput di masjid dekat bundaran ketupat kandangan.
eksis dulu ya di Jembatan Masuk Wisata Air Panas Tanuhi |
Waktunya sarapan ^_^ ketupat yang disajikan dengan ikan haruan atau telor bebek asin tanpa tattoo eh oh eh...hahaha. Minta porsi diet biar rakitnya ga kelelep pas dinaiki hahaha.1 ketupat dipotong dua ditambah 1 telor asin dan segelas teh panas cuma Rp.12.000,- murah kan yaaa, makanya paling senang wisata kuliner ke Kalsel. Kami ber 7 melanjutkan perjalanan menuju Homestay Alya di Lok Sado. Perjalanan yg cukup lama, sampai melewati 5 Desa sejauh 30 kilometer. 1 jam duduk dimotor bener-bener bikin badan pegel meski mata dumanjakan dengan pemandangan desa, hamparan padi gunung, kebun kelapa sawit, buah-buahan, desa dan rangkaian pegunungan Meratus. Jalan aspalnya bagus tapi medannya ngeriiii, tanjakan, turunan, tikungan tajam. Rute yang dilalui Tanuhi dulu baru Lok Sado.
ini nih! Resort&Cottage Tanuhi yang asik buat nginap rame-rame |
Kami menginap di Homestay Alya. Letaknya berdampingan dengan start point bamboo rafting. Rumah kayu berlantai 2 dengan fasilitas 5 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu dan televisi. Tarif sewa kamar di homestay Alya Rp.150.000,-/kamar/malam. Kami menempati lantai dua dengan teras belakang menghadap Sungai Amandit yang oke banget. Di seberang sungai ada wisma Lok Sado. Bangunan besar 2 lantai yang selalu ramai didatangi wisatawan pada sabtu sore. Kalau tidak salah tarif per kamar wisma Lok Sado Rp.175.000,-/malam.
Gaya mencet hape, sinyal ga ada di Tanuhi |
Here we are...3 rakit pertama di isi aku, Firman & Lumi. Rakit ke dua di isi oleh Omded, Bang Ferdy & Lesmana. Yudis & Raw ga ikut Bamboo rafting. Mereka berdua tinggal di Homestay. Di mulailah perjalanan bamboo rafting yang mendebarkan! 30 menit pertama, kami ber 3 panik ngeliat alur sungai Amandit yang berbatu, jeram yang deras dan tampak seperti mengalir menuruni punggung pegunungan. Setiap ada jeram, rakit harus bermanuver melewati batu sungai yang besar. Rakit yang berderak setiap menghantam bebatuan emang bikin parno. Tapi jangan salah! Rakit bambu nya top markotop!! Ga bakal pecah, patah ataupun terbalik.
Setelahnya, perjalanan di rakit mulai terasa sangat menyenangkan. Aku tertawa bahagia banget karena ini pengalaman luar biasa bahagianya. Bercanda diatas rakit, mengagumi kekuatan rakit bambu yang menjadi transportasi utama bagi suku Dayak Meratus, pemandangan yang indah di kanan kiri sungai yang indah dan tanda dahsyatnya banjir bandang yang menimpa Lok Sado saat awal tahun 2014 lalu. Jika diperhatikan bekas air bah hingga melebihi tinggi kepala kami yang sedang berdiri di rakit. Bahkan kami sempat melihat sisa-sisa pakaian penduduk yang sangkut di sela pepohonan pinggir sungai.
susur Sungai Amandit emang OK! |
Kami meninggalkan rakit, dan menunggu jemputan mobil yang sudah kami carter Rp.100.000,- untuk mengangkut kami ber 6 kembali ke Homestay Alya. Rencana selanjutnya adalah pergi ke Air Terjun Haratai. Karena jalurnya sangat menakutkan, sangat disarankan untuk naik ojek hingga ke air terjun. Tarif ojek Rp.75.000,- sedangkan carter motor Rp.60.000,- Karena ga da tukang ojek dan didesak oleh bapak pemilik motor sewaan, akhirnya aku dan Lesmana sepakat menyewa 1 motor mesin 4 tak yang kopongan dan ga layak jalan.
Mau bagaimana lagi, ga ada opsi lain sih walau 1 jam kemudian aku akan sangat menyesali keputusan ini. Bener-bener menyesal karena firasat buruk benar-benar terbukti. Medan jalan yang naik turun tanjakan. Jalannya berupa semen, sebagian bagus sebagian lagi berlubang. Tidak bisa dilewati 2 kendaraan, jadi salah satu harus ngalah. Jembatannya juga bisa dipake untuk ajang uji nyali Fear Factor.
Jembatan model melayang dengan papan yang rapuh, ada juga yang tinggal 1 papan yang belum tentu bisa dilewati ban motor, belum disebut tali pengaman jembatan yang super irit sehingga resiko terjun bebas dari jembatan menuju sungai berbatu di bawahnya sangat besar.
1 jam perjalanan yang kami lalui udah cukup memendekkan umurku, karena beberapa kali hampir terjun bebas dari jembayan, hampir nyungsep di jurang, setiap tanjakan aku harus turun dari motor kemudian jalan kaki, setiap jembatan aku juga harus turun dan menyeberang dengan berjalan, hingga di tanjakan terakhir yang pantas disebut tanjakan setan.
Tanjakan paling tinggi dengan kondisi tanah berbatu yang licin. Tepat sepertiga tanjakan, motor meraung dengan keras dan tak bisa jalan lagi. Aku langsung menurunkan kaki kiri untuk berpijak mencari keseimbangan. Rupanya kami berdua tak mampu menahan posisi motor yang cukup sulit. Akhirnya motor jatuh ke kiri, Lesmana jatuh ke kanan dan aku jatuh terjengkang ke belakang dengan efek slow motion. Aku terdiam merasakan kepalaku kejedot batu. Karena posisi kepala lebih rendah, aku refleks berguling ke kiri berusaha bangkit. Namun apa daya, TKP berubah dari tanjakan menjadi turunan curam ditambah gravitasi, membuatku harus guling cantik dua kali kemudian lenting badan diakhiri berdiri sikap sempurna ala atlit gymnastic olimpiade, okeh sip! Hahaha.
Enough is enough! Petualangan harus berakhir disini. Aku ga perduli lagi dengan air terjun Haratai. Saat ini yang ku percaya cuma dua kaki ku. Aku pulang sambil trekking aja walau harus memerlukan waktu lama. Yudhis datang membantu kami. Ardi, Firman dan Lumi sudah meneruskan perjalanan kembali. Yudhis ku suruh mengantar lesmana menyusul teman lainnya.
Aku sendirian dijalan setapak dengan suasana hutan menyeramkan karena tertutup kanopi pepohonan. Ini saat yang baik untuk kabur hohoho maksudnya kembali ke peradaban. Motor dah ditaruh di pinggir jalan biar ga ditabrak kendaraan yang lewat. Setelah suara motor yudhis tak terdengar, aku langsung mengerahkan kemampuan jalan cepat level atlit 17 agustusan kembali menuju desa lok sado. Untungnya didominasi turunan dan 1 jembatan reyot.
Setelah 10 menit jalan cepat tanpa menurunkan kecepatan, sampai juga di desa suku dayak setempat. Aku meneruskan perjalanan hingga yudhis menyusulku. Yudhis membujuk untuk kembali ke air terjun. Aku menolak dengan tegas. Disuruh naik motor pun aku ogah. Masih trauma bwo!!! Hari ini bener-bener sial gara-gara kebodohan orang lain, aku celaka.
Jadilah kayak adegan FTV ceileeee... Padahal jarang nonton :p yahh salahkan saja motor kopongan itu, hingga membuat seorang gadis berjalan sendirian di hutan dan seorang cowo dengan motornya membujuk si gadis supaya mau diantar pulang, hohoho. Akhirnya luluh juga, aku mau naik motor yudhis dengan syarat diantar kembali ke batas desa lok sado dan setiap ada jembatan aku ga mau nyeberang pake motor.
Yudhis yang baik hati mau menuruti permintaanku. 2 jembatan yang pertama, aku turun dari motor kemudian menyeberang dengan jalan kaki. Tapi 3 jembatan selanjutnya...dasar yudhis edun euuyy!!!dia ga mau nurunin aku dari motor saat nyeberang jembatan kayu, jadinya aku teriak histeris dibelakang.
Fyuuuhhhh...akhirnya sampai juga dibatas desa Lok Sado, aku langsung turun dari motor dan yudhis pun kembali ke air terjun. Perjalanan menuju wisma dengan jalan kaki pun dimulai. Lumayan bwo...jalan kaki paling tidak sejauh 500 meter supaya sampai ke wisma Alya. Tapi ini mah kecilll dibanding treking sorangan dihutan dengan kecepatan atlit yg lagi berburu medali emas.
Akhirnya, sampai juga di bengkel Alut, aku langsung mencari bapak pemilik motor sewaan. Untung tuh bapak ada di bengkel. Beliau nyengir kuda mendengar cerita motornya tiba-tiba kempes di tanjakan hingga membuat kami jatuh. Belum lagi keluhan stang motornya yang susah dikendalikan. Akhirnya si bapak menyuruh aku menghubungi teman yang di air terjun, untuk menaruh motornya dirumah penduduk terdekat dan membawakan kunci motornya ke bengkel.
Aku kembali ke wisma Alya. Langsung deh ngambil hape untuk menghubungi firman dan yudhis. Tapi percuma, panggilan ga bisa masuk ke hape mereka. Rupanya omded dan bang ferdy lagi bobo siang di kamar wisma. Aku ngecek luka-luka bekas jatuh tadi. Kepala di cek, siapa tau ada luka terbuka gara-gara lejedot batu, syukur ternyata ga ada. Cek betis kiri, cuma luka gores doang dan memar sedikit. Lutut di cek, ada memar dikit.
Okelah, ga parah-parah amat kok sakitnya. Lebih sakit, hati saya, pemirsah! Gara-gara pemilik motor yang ngebet pengin dapat duit, tanpa memikirkan nasib penyewa motornya yang bisa celaka gara-gara motornya yang ga layak jalan. Ahhh sudahlah...tak perlu memperpanjang ratapan, niatnya ke Lok Sado kan buat having fun. Untung omded bangun dari tidur siang, aku pun mengadu kalo gagal ke air terjun haratai gara-gara jatuh dari motor. Tuh kan...kata omded emang seharusnya mpo naik ojek biar aman. Tapi kan tadi bilang orang bengkel ga ada ojek yang bisa mengantar, mau gimana lagi. Baiklah, aku memutuskan untuk merubah suasana hati.
Ayooookkkk bikin pesta durian yoooookkkk...omded dan bang ferdy yang juga sudah bangun dari tidur siangnya, aku ajak untuk beli durian. Aku menunggu di wisma, sedangkan omded&bang ferdy pergi membeli Durian dan minuman dingin. 5 menit kemudian kami bertiga menghadapi 4 buah durian asli Lok Sado ditemani minuman dingin.
Sebelum pesta dimulai, foto-foto narsiz dulu ma durian hahaha. Omded&bang ferdy bergantian ku foto dengan tampilan durian,minuman dingin serta pemandangan sungai Amandit yang kece banget dari teras belakang wisma Alya. What a day! Perubahan suasana yang oke, dari sedih&sebel jadi senang karena ada dua orang cowo kece yang menemani pesta durian. Uwewww....seruuuuuu banget, ternyata durian itu enak! Terakhir kali makan durian yaitu 15 tahun yang lalu sih, makanya hampir lupa rasa durian itu gimana. Jangan ditanya deh, apa sebabnya. Aku kan bukan buahnivora. Maksudnya ga terlalu suka buah-buahan.
Udah abis tuh 4 biji Durian oleh 3 orang, datanglah pasukan yang dari air terjun Haratai. Ahheeeyyy...muka bahagia mereka, tapi jelas lebih bahagia 3 orang yang baru pesta Durian, kemudian memamerkan sisa-sisa kulit Durian kepada 5 orang yang basah kuyup dari air terjun hahaha.
Tongsis....cheese :) |
Dont Miss it! Bambo Rafting kudu di jabanin! |
Seharusnya...aku ada disitu...tapi, ah sudahlah |
Selamat datang di Wisata Air Panas Tanuhi. masuknya bayar Rp.3.500,-/orang |
Manggis unyuuu, diikat pake tali Bambu, seikat Rp.20.000,- |
tuh ada pasir, Resort&Cottage Tanuhi belum selesai di Renovasi |
Street Food Pasar Kandangan : Lamang! |
this is it! trio keren di depan Kantor Bupati di malam hari |
Saya ke Haratai, naik sepeda aja euy ... baliknya juga, semakin asyik karena turunan pool.
ReplyDeleteiya om...aku dah minta tanyakan ada penyewaan sepeda ga di lok sado, biar season 2 ke sana mesti bisa ke air terjun Haratai nya :D
ReplyDelete