November, 2015.
Pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Pulau Seloang. Pulau yang masih alami dan minim penduduk. kebanyakan penduduknya berkerabat dekat dan memiliki hubungan kerabat dengan penduduk Pulau Popoongan. Pulau dengan bentuk memanjang seperti Pulau Lamudaan. bedanya Pulau Seloang dengan Pulau-Pulau Lainnya di Kepulauan Balabalakang, Pulau ini masih memiliki Terumbu karang yang alami dan tidak rusak. rangkaian karang masih terlihat hingga mendekati pantai.
Pulau ini tidak memiliki fasilitas pengolahan air tawar dan hanya mengharapkan air hujan yang dikumpulkan di tandon atau warga harus membeli pasokan air tawar dari Pulau Labia. di Pulau ini hanya ada fasilitas sekolah dasar yang cukup memprihatinkan. muridnya hanya 8 orang. beruntung saya memiliki kesempatan untuk melakukan voluntourism di sekolah dasar pulau seloang, walau tidak bertemu langsung dengan guru yang mengajar.
Sebelum melakukan voluntourism, saya dan teman-teman meminta izin ke rumah kepala dusun pulau seloang. saat itu kepala dusun sedang tidak ada di tempat, hanya istrinya yang mewakili. kami pun minta izin untuk membagikan buku ke sekolah dasar. sambil berjalan ke arah sekolah, kami memanggil anak-anak untuk datang ke sekolah. kami tiba disebuah bangunan kayu sederhana yang dijadikan sekolah. saya tidak ingat ada berapa ruangan, mungkin 3 atau 4 ruangan yang cukup besar namun diisi kursi dan bangku murid yang sedikit. setelah berfoto bersama anak-anak sekolah, kami pun kembali ke tempat warga berkumpul sambil mengobrol dibawah pohon. karena buku yang saya bagikan masih ada sisa, jadi saya bagikan kepada anak-anak balita dan ibu-ibu yang ada. saya dan teman-teman pun meminta izin untuk meninggalkan pulau dan memulai kegiatan snorkeling di sepanjang pesisir pulau seloang.
Setelah makan siang, kami pun bersiap turun untuk snorkling di dekat dermaga. begitu turun ke laut dengan perlengkapan snorkeling, pemandangan indah menyambut kami. parade ikan yang luar biasa melimpah tak terputus di depan kami. ini adalah pemandangan terbaik yang pernah saya lihat selama berpetualang di kepulauan balabalakang. tak henti-henti nya saya mengambil foto sambil menjaga teman-teman saya. saat itu, saya, Henri, Firman, Vera, Fiki, Fajar, marlin dan ochi yang snorkeling ditemani Pak Haji dengan Ban Kesayangannya. lebih dari 4 jam kami habiskan untuk menyisiri hamparan terumbu karang di pesisir pulau seloang. tak terasa menjelang sore, kegiatan snorkeling pun kami akhiri. kami bergegas naik ke kapal. kapal pun diarahkan ke Gusung Lamudaan untuk menikmati sore dan sunset di gusung tersebut.
April 2017
Tak disangka kami mendapatkan kesempatan berkunjung ke Pulau Seloang lagi. hati pun riang karena sudah membayangkan hamparan terumbu karang yang indah menanti kami. sore jam 3 kami sampai di Pulau Seloang setelh melakukan Voluntourism di Pulau Labia. tak membuang waktu, kami pun langsung turun snorkeling.
Setelah kami turun ke laut, pemandangan mengerikan menanti. tidak ada terumbu karang. semuanya musnah menjadi serpihan kecil batu karang. hanya ada sisa sisa bongkahan besar batu karang yang menjadi saksi bisu yang terkoyak-koyak oleh Bom Ikan. saya tak menyangka betapa parahnya pemboman ikan di pulau ini. hamparan terumbu karang yang luas yang membatasi bibir pantai dan batas laut dalam, hilang semua. hanya ada beberapa penyu besar yang hilir mudik dan ada satu yang sedang tidur diatas hamparan pasir.
saya kecewa sekali dengan pelaku pemboman ikan. saya tak habis pikir, kenapa pemboman ikan dilakukan di area yang dekat sekali dengan bibir pantai. mengapa masih ada saja praktik illegal fishing dilakukan, padahal setahu saya sejak ada wisatawan sering masuk ke kepulauan balabalakang, kapal nelayan pembom ikan ketakutan dan memilih menghindar. apakah karena wisatawan jarang datang ke pulau seloang sehingga disini bebas dilakukan bom ikan.
saya sedih karena hancurnya ekosistem terumbu karang di pulau seloang benar-benar sampai ke titik nadir. saya tak habis pikir kenapa terumbu karang dirusak demi mendapat ikan sesaat padahal jika terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan ikan 3-10 ton per kilo meter persegi dan dari 132 jenis ikan bernilai ekonomis, 32 diantaranya adalah penghuni terumbu karang, seperti Ikan Kerapu, Lobster dan udang Mantis. selain itu terumbu karang yang sehat dan indah akan membuat wisatawan senang berkunjung untuk melakukan kegiatan snorkeling. tapi semua potensi pendapatan telah hilang akibat manusia yang tidak mau berpikir bijak terhadap alam.
Saya berharap warga pulau seluang dan kepulauan balabalakang tidak ada lagi yang menjalankan praktik illegal fishing seperti bom ikan dan meninggalkan jala / tali pancing sembarangan di laut. saya berharap ada orang-orang yang peduli dan datang ke kepulauan balabalakang untuk mengajarkan cara transplantasi karang. hanya dengan cara transplantasi karang, salah satu cara tercepat untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem terumbu karang dan mengembalikan ikan-ikan tangkapan nelayan demi menafkahi keluarganya.