|
Firman Lumi & Aku, We Are Backpacers Indonesia "pamer baju"
:p
|
Jengjeeeeeng... Ketemu lagi dengan saya sang blogger
lebay yang lagi rajin bertualang tiap bulan, ekhhh oh ekh.... Hahaha.
Special appearance dalam kisah ini adalah Firman, Lumi,
Desi dan Sukma. Mereka berempat adalah tamu kehormatan dari Grogot yang akan
saya ajak city tour 3 kota yaitu Samarinda, Tenggarong dan Bontang.
Berhubung kami memiliki jadwal yang padat dan jarak ketiga kota cukup
memakan waktu diperjalanan jadi kami memutuskan mencarter mobil Xenia dari
kamis sore hingga minggu malam. Kami diberi harga spesial oleh mas ogie
(085247977969) yaitu 1 juta include driver+bbm dan kami menanggung makan+ferry
Tenggarong PP.
Kamis, pukul 16.00 tanggal 18 Juni 2014.
Yukkk mari...petualangan di mulai ketika mas ogie
datang menjemput kami di waiting room terminal sungai kunjang. Tujuan
pertama kami adalah :
Masjid tua "Shiratal Mustaqim" Kampung Baqa, Samarinda Seberang.
Masjid kayu yang masih dalam bentuk aslinya. Di cat
hijau dan kuning. Juga memiliki menara kayu yang tinggi. Ada sumur berbentuk
segi empat yang dulunya berfungsi sebagai tempat mencuci kaki atau berwudhu.
Interior dalam mesjid dihiasi dengan Mihrab berukiran indah dan lampu hias.
Setelah puas berfoto di luar dan di dalam mesjid tua, kami pun bergegas
melanjutkan ke tujuan selanjutnya.
Rumah bugis Cagar Budaya.
Rumah ini menjadi cagar budaya yang ditetapkan oleh
pemkot Samarinda. Rumah ini memiliki desain unik dan indah. Rumah yang
berbentu rumah panggung dengan tiang tinggi sehingga kita bisa berdiri di
bawah rumahnya. Didepan afa tangga tinggi sebagai akses masuk ke pintu masuk
rumah panggung. Rumah ini sederetan dengan masjid tua. Jadi dijamin kalian
pasti nenemukannya. Okeh lanjuuut, ke tujuan selanjutnya.
Kampung Tenun Sarung Samarinda.
Sepanjang Jalan Pangeran Bendahara memang banyak
dijumpai toko yang berjualan sarung samarinda. Keistimewaan sarung ini
adalah proses pembuatannya yang masih tradisional yaitu memakai alat tenun
bukan mesin. Jika ingin melihat proses penenunannya, silahkan masuk ke Gang
pertenunan. Letaknya tepat di samping rumah cagar budaya Jl.Pangeran
bendahara. Ktika memasuki Gang pertenunan, kalian akan melihat banyak mesin
tenun yang diletakkan di teras depan rumah penduduk. Biasanya para ibu-ibu
akan menenun sarung dari pagi hingga sore. Para wisatawan diperbolehkan
berfoto atau belajar menenun dengan para penenun tanpa dipungut bayaran.
Harga kain sarung Samarinda berkisar antara Rp.70.000,- hingga Ro.300.000,-
tergantung benang pembuatnya. Yang paling mahal jelas yang terbuat dari
benang sutera. Motif sarung samarinda sangat sederhana yaitu kain dasar
hitam atau warna gelap dengan garis-garis merah yang membentuk
kotak-kotak.
Seru kaaaan!!! Jadi kalian wajib bertandang ke kampung
baqa Jalan Pangeran Bendahara Samarinda Seberang. Disini, kalian mendapat 3
objek wisata yang wajib dikunjungi karena berkaitan dengan sejarah
berdirinya Kota Samarinda yang didirikan oleh suku bugis pendatang. Di
daerah ini tepat di samping masjid tua ada Makam Daeng Mangkona yang
merupakan pendiri kota Samarinda. Berhubung kami kesorean, jadi kami tidak
sempat berziarah ke makam ini.
Malam pun datang menyelimuti kota Samarinda. Kami pun
meninggalkan kampung baqa dan menyeberangi jembatan Mahakam menuju Plaza
Mulia. Yuppp...rencananya kami akan shopping di Hypermart dan Makan malam di
foodpoint.
Kafe D'Puncak.
Kafe ini terletak di jalan MT.Haryono Rawa Indah.
Dulunya disebut gunung sampah karena pernah dijadikan TPA. Tapi sekarang
daerah tersebut berubah menjadi wilayah perkantoran dan perumahan elite.
Kafe ini terletak ditengah tanjakan sebelah kiri jalan. Interior kafenya
biasa dengan konsep outdoor. Namun pemandangan di luar kafe inilah
yang sangat disukai pengunjungnya. Kafe ini menawarkan pemandangan malam
hari kota samarinda yang indah berkilau. Kita bisa melihat bangunan pencakar
langit kota samarinda, islamic center yang anggun & megah dan juga
Jembatan Mahakam. Harga makanan dan minuman yang disediakan masih harga
standar kafe anak muda tapi jangan kaget dengan pelayanannya yang lama
terutama jika kalian memilih lantai dua sebagai tempat nongkrong. pokoke
sabar ajaaaah hahaha...
Koleksi Foto Samarinda Tempoe Doeloe.
Next...kita mengunjungi Rumah Mba Ellie Hasan yang
terletak di Jalan Kyai Haji Achmad Dahlan. Yeppp, mengapa rumah Mba
Ellie???karena mba Ellie memiliki koleksi foto jadoel Samarinda Tempoe
Doeloe. Jadilah kami berenam menjadi tamu larut malam di rumah Mba Ellie
Hasan. Untungnya Tuan rumah yaitu mba Ellie Hasan yang ditemani oleh Mas
Tino Tindangen sangat baik hati mau menerima tamu dan membuka koleksi foto
yang lengkap berpigura besar nan elegan yang tersusun rapi di perpustakaan
rumah mba Ellie. Keren banget dah dokumentasi Foto Jadoel dan buku-buku
perpustakaan mba Ellie. Setelah puas melihat foto dan juga berfoto ria di
Rumah Mba Ellie, kami berpamitan pulang. Tujuan selanjutnya adalah...
Kampung Nasi Kuning.
Letak kampung Nasi Kuning ini berada disepanjang jalan
KH.Achmad Dahlan hingga ke Jalan Lambung Mangkurat. Keunikannya adalah jika
nasi kuning dimakan saat sarapan, maka di kota samarinda, nasi kuning
dimakan pada malam hari. Oleh karena itu lapak dipinggir jalan atau warung
khusus yang berjualan Nasi kuning dibuka sejak jam 8 malam hingga jam 3 dini
hari. Kampung nasi kuning ini baru terkenal sejak 3 tahun belakangan ini.
Dicurigai...(ceileee)...nasi kuning marak dibeli sebagai alternatif makanan
bagi karyawan yang pulang kerja shift malam. Hal ini sangat berkaitan dengan
maraknya hotel, biliard, pub, klub hiburan malam di samarinda. Harga yang
ditawarkan dari Rp.8.000,- hingga Rp. 15.000,- per porsi. Lauk nasi kuning
bisa dipilih sesuai selera, mau ayam, daging atau telur.
Back to my home sweet home.
|
sungguh terlalu...tuan rumah ga diajak foto :D
|
Okehhh, waktunya pulang ke rumahku untuk istirohat
setelah perjalanan melelahkan mengunjungi 7 tempat yang oke banget di
Samarinda.
Jumat, pukul 08.00 tanggal 19 Juni 2014.
Setelah berpamitan dengan nyokap, kami berenam bersiap
melanjutkan perjalanan city tour yang memasuki hari kedua. Hari ini
jadwalnya pagi-pagi langsung menuju ke Islamic Center. Kami berlima berfoto
di islamic center sambil mengagumi keindahan arsitekturnya. Setelah puas ,
kami pun melanjutkan perjalanan ke Tenggarong dengan mengambil rute via air
putih dan menyeberang dengan menggunakan Ferry. Hanya dengan waktu 1 jam
perjalanan dan membayar ferry Rp.20.000,-/mobil/oneway kami sampai di kota
Tenggarong. berhubung menjelang waktu sholat Jumat, maka kami mampir di
Mesjid Kedaton di belakang Museum Mulawarman. Mesjid kecil yang letaknya
strategis karena berdekatan dengan keraton kesultanan Kutai. Setelah shalat
Jumat, kami berjalan kaki melewati pasar souvenir di samping museum
mulawarman.
Museum Mulawarman.
Berhubung ada kegiatan Erau, Museum ditutup dan dijaga
petugas keamanan. Tampak beberapa ibu-ibu sedang membuat motif naga dari
beras yang diberi warna-warni. Pengunjung dilarang mengganggu kegiatan yang
sedang berlangsung di teras dan aula dalam museum. Bagian depan museum di
bentuk panggung dan ditutup kain kuning. Naga Erau berada di koridor samping
kanan dan kiri museum mulawarman yang di beri tangga untuk menurunkan naga
tersebut saat penutupan Erau. Berhubung tak bisa masuk ke Museum, kami hanya
berfoto di patung Lembu Swana di taman depan Museum.
Puas berfoto, kami berjalan menuju tepian pandan untuk
makan siang sambil menikmati pemandangan sungai Mahakam. Harga
makanan&minuman di warung tepian pandan masih sesuai standar warung
makan di samarinda. Mengingat pengalaman terakhir makan di pasar seni
tenggarong berdua bersama po kirey, kami dikasi harga makan siang yg cukup
fantastis. Tapi trip kali ini, Untuk nasi campur ayam goreng dan teh es di
warung tepian pandan cukup merogoh kocek Rp.23.000,- okeee, lanjut ke
tujuan wisata selanjutnya.
Pulau Kumala.
Pulau yang asalnya dari delta sungai mahakam yang
kemudian diuruk secara kolosal agar terbentuk pulau buatan manusia. Pulau
ini aman dari banjir saat pasang naik ataupun abrasi karena sekeliling pulau
telah diturap. Untuk menyeberang ke pulau kumala, kita harus menyeberang
dari dermaga penyeberangan pulau kumala. Didermaga ini disediakan lahan
parkir kendaraam uang luas dan aman.
Untuk menyeberang, kita harus naik ces atau ketinting
yg berkapasitas 5 penumpang dengan membayar Rp.30.000,-/kapal one way.
Diperlukan waktu kurang dari 5 menit untuk ke Pulau Kumala. Begitu ketinting
bersandar di pulau kumala, kita harus melalui pintu gerbang masuk dengan
membayar Rp.20.000,-/orang.
Begitu kita masuk ke area pulau kumala, kita akan
diantar oleh mobil wisata yang sangat unik dan jadul berkapasitas 7
penumpang secara gratis. Banyak wahana yang dibiarkan begitu saja, tidak
dioperasikan seperti wahana sky tower dan kereta gantung. Intinya,
pengunjung hanya memiliki kegiatan melihat-lihat bangunan, berfoto ria,
duduk cantik di mobil wisata dan menikmati suasana seperti Jurrasic Park,
hohoho. Kami mengunjungi bangunan yang berbentuk seperti Pura Hindu dengan
sebuah kursi singgasana yang menjulang tinggi di atasnya. Menurut info dari
supir, singgasana ini berada tepat ditengah-tengah Pulau Kumala.
Setelah itu kami menuju Lamin Suku Dayak Tunjung
dan Lamin Suku Dayak Benuaq. Tujuan selanjutnya kami diantar ke ujung hulu
pulau kumala, yaitu lokasi Patung Raksasa sepasang Naga diatas Kolam beserta
patung puteri Junjung Buih yang menaiki Lembu Swana. Karena memiliki jadwal
waktu yang padat, akhirnya kami bergegas meninggalkan pulau kumala.
Setelah puas menikmati beberapa objek wisata di kota
Tenggarong, kini waktunya kami menuju Kota Bontang. Yuppp kami menyeberang
kembali dengan Ferry menuju Kota Samarinda dan Selanjutnya menuju Kota
Bontang. Begitu sampai di Samarinda, kami menyempatkan diri mengunjungi
Counter Eiger di Jl. sentosa dan makan malam di warung makan terdekat.
Jam 21.30 kami melanjutkan perjalanan dari samarinda
menuju Bontang. Kami menyempatkan diri untuk beristirahat, mandi dan shalat
di Masjid daerah Tanah Merah. Begitu jam 12 malam, kami sampai di luar pos
satpam Hop 3. Kami berusaha menghubungi Pak Fadli, Nyot dan Mas Agus yang
rupanya sudah tepar berjamaah hingga akhirnya kami berenam memutuskan untuk
menginap di Hotel Surya di Tanjung Laut. Hotel yang murah meriah dengan
fasilitas memadai. Kamar dengan double bed, tivi, kipas angin,kamar mandi
dalam, dan sarapan pagi hanya Rp.80.000,-/malam. Sungguh harga backpacker
banget apalagi kamarnya bisa menampung 4 orang. Okehhh udah lewat tengah
malam, waktunya istirahat karena besok mesti di Laut seharian penuh.
Sabtu, 20 Juni 2014 pukul 06.00
Tenggggggg...waktunya bangun. Begitu bangun langsung
dapat telpon dari Pak Fadli yg mengkonfirmasikan bahwa Jam 08.00 kami semua
harus berada di pelabuhan tanjung laut agar bisa secepatnya naik kapal pak
haji Abdullah yang telah kami sepakati untuk dicarter Rp.1.200.000,- selama
2 hari.
Okeeeh, waktunya mandi, dandan cantik dan sarapan di
lobby hotel. Sarapan yang disediakan berupa kue-kue, kopi dan teh. Tepat jam
07.30 kami meninggalkan hotel menuju pelabuhan tanjung laut.
Rupanya Mba Yunny dan Alif udah duluan sampai disana,
selanjutnya kami, kemudian disusul rombongan pak Fadli, Nyot, mas putu, mas
agus, Dyah, Wina dan mba Maya Hardi Cs. Setelah barang di naikkan di kapal,
seluruh penumpang duduk cantik dikapal yang perlahan mulai berlayar
meninggalkan pelabuhan tanjung laut, maka petualangan hari ini resmi di
mulai. #tsaaaaahhh™ ... ^_^
Terumbu karang Geladi (gelembung Gas Abadi).
Akhirnya kembali juga ke spot ini. Mengingat pertama
kali kesini pada tahun 2012 di ajak rame-rame bersama mas Ipoel Taripang.
Waktu itu sih cuma sebentar snorklingnya, ga sempat liat gelembungnya tapi
terumbu karangnya cukup menawan hati keindahannya. Setelah 2 tahun kemudian,
yaitu hari ini, i'm back! Dengan penuh tekad ingin bermain bersama gelembung
gas bawah laut namun hal itu berubah sejak negara api menyerang...
(Ekh....lha kok) hohoho gelembungnya oke banget, yang ga oke itu karangnya.
Kok ada yang rusak ya? Terlihat beberapa transplantasi karang. Uwewww,
ternyata disini juga karang menderita. Mana banyak rumput laut yang menusuk
kulit jika terkena langsung dan visibilitasnya juga kurang jernih. fyuuuh,
cukup sebentar aja disini sambil mengawasi Firman & Lumi berfoto
diantara gelembung gas. Udah puas foto-fotonya, semuanya disuruh naik kapal
danmelanjutkan ke tujuan selanjutnya.
Rumah Merah.
Yep, denotasi kata secara harfiah. Rumah yang dibangun
oleh Perusahaan lokal untuk beristirahat. Siapapun boleh ke sini. Ada
fasilitas toilet juga. Airnya jernih dan ada hamparan terumbu karang
yang mengelilingi rumah tersebut. Katanya teman sih, jikalau surut, pasir di
dasar rumah merah bisa kelihatan, tapi yaitu...kapal ga bisa bersandar.
Dirumah merah ini pun, kami hanya beristirahat sebentar. Sekarang langsung
menuju primadona wisata kota Bontang, yaitu....
Pulau Beras Basah.
|
kece kan hasil jepretanku ^_^
|
Begitu sampai di dermaga, terlihat cukup banyak kapal
dan speed boat yg bersandar dan menjemput penumpang. Maklum, hari sabtu ini
adalah hari libur setelah pagi tadi kebanyakan sekolah telah membagikan
Raport bagi para siswa.
|
Makan Sore ikan bakar hasil tangkapan para Spereopon ganteng!
|
Kami pun mulai memindahkan barang untuk diangkut menuju
rumah pondok yang terdekat dengan ujung dermaga. Lokasi kemah sama seperti
trip sebelumnya, agar mengantisipasi pasang naik air laut di malam hari.
Begitu sampai, kami langsung mendirikan 3 tenda, yaitu tenda Firman, tendaku
dan tenda mba Yunny. Setelah selesai, tas ransel langsung diamankan di
tenda, peralatan masak dan logistik diletakkan di teras rumah pondok yang
berada tepat dibelakang tenda kami. Selanjutnya, masaaaak! ^_^ kami semua ga
ada yang sempat membeli nasi bungkus untuk makan siang.
Kompor portable dan nesting udah khusus dibawa untuk
mba Chef Yunny Touresia. Ikan juga sudah tersedia, hasil dari para spereopon
yg melakukan spearfishing di geladi dan rumah merah. Ikan hasil tabgkapan
langsung disiangi dan dibakar oleh teman-teman Borneo Freedivers. Mba Yun
dapat jatah baby lobster dan ikan kerapu. Katanya mau dibikin sup seafood
super lezat slurrrrpppp. So...piyeee masaknyeee???nestingku cuma 3 panci,
dan satunya bocor abis dibawa pulang dari Semeru. 1 panci udah dikontrak
untuk sup seafood lobster kerapu. Untungnya mba maya Hardiansyah punya
Nesting dan Tranggia
Wooowww, baruuuu pula! Itu nestingx pasti >500 ribu belom lagi
kompir outdoornya 180 ribuan. Manteb mba may! Demi kemping perdana sampai
bela-belain beli outdoor gear, saluttt!
Cuma, yaitu...kompor outdoor model kuncup gitu
kebanyakan cepat rusak pemantiknya, bahkan kompor outdoor yang modelnya
sering dipake pendaki gunung juga sering rusak pemantiknya, kalo enggak, ya
aliran gasnya yang bermasalah. untung-untungan sih, alnya ada yang bagus
tahan lama, tapi selebihnya kayak punya teman-teman, udah pada rusak semua 2
model kompor tersebut.
Makanya daku beli kompor model segi empat dengan tabung
gas butane, meski lebih besar dari kompor pendaki biasanya, tapi sejauh ini
asik dipake masak dan ukurannya yang kecil enak dibawa kemana-mana. beli
kompornya di UD. Arjuna Raya seharga Rp.185.000,-.
Terus nesting nih, nesting yang dijual di Counter Eiger
itu luammma masaknya, mungkin karena pancinya terlalu tebal. Kalo nestingku
dah limited edition loh,ga di produksi lagi. Belinya 90 ribu (2012) di
komunitas pendaki gunung. Pancinya dibuat dari bahan aluminium daur ulang.
Masaknya pun mudah dan cepat.
Jadi...untuk outdoor gear jangan terkecoh merek ya!
Yang bagus belum tentu fungsional. lebih baik konsultasi dengan teman yang
suka kegiatan outdoor, biasanya punya pengalaman tentang perlengkapan
outdoor yang baik.
Okehh lanjut ceritanyah, setelah mendapat pinjaman
kompor dan panci, kami langsung memasak nasi. begitu ikan sudah selesai
dibakar, langsung deh dihampar di beranda pondok. Untung 2 panci nasi udah
selesai dimasak, jadilah kami semua makan rame-rame.
Awwww...ikan bakar...daku kurang selera. Sudah terekam
di otak, ikan karang jenis tertentu memiliki racun yang di tandai dengan
warna warni mencolok pada ikan. Yeppp salahkan aja otakku yang duluan parno
gegara keseringan nonton NatGeo Chanel. Jadi ga enak nih sama Pak Fadli dan
kru Spereopon. Mohon dimaklumin hahaha aku orangnya pemilih makanan, sampai
dibilangin mama ku, aku ini bakal ga bisa hidup di hutan hahahaha belum
tauuu sidin aey :p
Akhirnya daku makan mie di warung setempat. Indomie
rebus Rp.5.000/porsi. Sayang, timingnya ga tepat! Pak Fadli menyuruh bu
warung untuk menggratiskan mie pesananku, padahal daku sudah membayar mie
tersebut duluan, haissssh lain rezeki wuahahahaha.
Daku udah kenyang, waktunya jadi fotographer di speed
boat. Firman, Lumi, Sukma, Desi, Alif dan mba Yun akan naik banana boat
untuk berkeliling pulau beras basah dengan bayaran Rp.25.000,-/orang
kapasitas banana speed boat 6 orang. Berhubung aku ogah diajak naik banana
boat, sangat jelas ogah!!! karena ngapain bayar orang untuk menjatuhkan ke
air belum lagi resiko kemasukan air atau luka, hahaha. So....plisss biar
daku jadi photographer keren di speed boat yang memfoto mereka berenam di
banana boat. Begitu speed boat mulai jalan, aseli ngeriiiiik!!! Dengan tas
kamera di bahu kiri dan kamera SLR ditangan kanan, terombang-ambing di speed
boat yang melaju dengan kecepatan tinggi. Pikiran cuma satu, jangan sampai
kamera SLR nya terlepas atau terbentur benda keras. Saat inilah manfaat ilmu
meringankan diri ku yang sudah terasah sejak trekking di hutan teluk sumbang
hingga caving di Gua Pampang (2012-2014) benar-benar terasa eciyeeeekhhhh...
Keseimbangan tubuh harus bisa melawan goncangan speed boat yang melaju dan
langsung menikung tajam. kalo enggak, ya wassalam...terpental deh didalam
speed boat, dengan posisi ga vertikal lagi. Lebih parahnya lagi kamera SLR 4
jutaan melayang dan langsung freedive di laut lepas. Jadi pemirsa, dont try
this if you're not qualified hohohoho.
Putaran terakhir setelah 10 menitan terhempas di
speedboat, supir langsung menikung tajam hingga pengendara banana boat
terhempas jatuh dari tempat semula. Cilaka 13 deh jadinya, si supir
ngejatuhin mereka di laut yang dangkal, habis deh pada luka-luka. sukma
lututnya berdarah dan desi lututnya merah gara-gara terbentur dasar laut.
turut berduka teman-teman ! semoga sopir speed boat dapet balasan yang
setimpal di akhirat kelak. emang harus hati-hati nih teman-teman. karena
korban supir speed boat yang lainnya adalah para wisatawan yang asik
snorkling di antara terumbu karang. kasusnya kena baling-baling speed boat
penarik banana boat yang ga tau-tau ada orang yang lagi snorkling di
laut.
Makanya Beras Basah itu paling asyik dikunjungi selain
hari minggu, dihari yang bukan hari Libur biar terasa pulau
pribadinya.
Di Beras Basah sudah berdiri sebuah Musholla.
Tempat berwudhu nya ajah yang kurang sip. Untuk berwudhu kita boleh meminta
air gratis di WC/Kamar mandi Pra Bayar milik warga pengelola pulau. Biasanya
ibu-ibu penjual air menyediakan botol air mineral 1 liter gratis untuk
pengunjung yang ingin berwudhu. Untuk arah kiblat, sebelah barat
ya?!berhubung ga ada mihrab atau penanda arah kiblat didalam musholla, untuk
menentukan arah barat, patokannya matahari tenggelam di ujung dermaga pulau.
Jika ragu-ragu jangan segan-segan bertanya kepada warga pulau.
Lanjuuuut, malam datang waktu makan malam pun tiba.
Yeeepppp ikan bakar lagi...berhubung beras sisa sedikit, ga cukup untuk
memberi makan seluruh pasukan jadinya kami memasak ubi yang dibawa Mba
Yunny. Ubi nya di rebus semua, special untukku di goreng hohoho. Sup ikan
kerapu dan baby lobster dihangatkan. makan rame-rame lagi dengan menu ikan
bakar, ubi rebus, sambal tomat goreng, dan sup ikan lobster.
Abis makan malam, aku, Firman, Lumi, Mba Yunny, Desi
dan Sukma pergi ke dermaga. Kami berfoto dan bersantai sambil berbaring di
lantai dermaga. Angin malam terasa sejuk, hingga membuat ngantuk. Kami pun
kembali ke tenda dan meneruskan bobo karena besok perjalanan kami masih
panjang dan melelahkan. Aku memutuskan bobo di beranda rumah pondok dengan
beralaskan matras dan memakai sleeping bag. Asik banget tidurnya serasa
dikipasin. Begitu bangun, udah subuh aje! Langsung deh ke kamar mandi. abis
tuh ngeliat sesisir pisang nganggur jadi pengin ngegoreng tuh pisang. Okeee
sarapan kita kali ini adalah pisang goreng buatan chef noru. Kompor
dinyalakan, minyak di nesting dipanaskan, pisang dikupas dan dipotong-potong
biar kelihatan lebih banyak supaya semuanya dapat nyicip. Pisang goreng
kloter pertama langsung dipersembahkan kepada empunya pisang, yaitu Mba
Yunny dan Alif. Ga lupa juga nawarin Pak Fadli pisang goreng. Setelah semua
digoreng, pisangnya dibagi 3 bagian, 1 bagian untuk pasukan mba Maya, 1
bagian untuk pasukan Nyot dan mas putu, 1 bagian untuk pasukanku.
Selesai sarapan pisang goreng, ekhhhh....di sodori
ikan bawis yg buanyaaaak. Udah eneg 2x makan selalu ikan bakar, akhirnya
ikan bawis pun digoreng sebagian mumpung masih ada sisa minyak bekas goreng
pisang tadi. Ternyata ikan bawis goreng lebih menggugah selera, tapi kalo
aku yang masak, selalu...udah kenyang duluan sebelum menyicipi hasil makanan
sendiri. Ikan bawis goreng pertama dipersembahkan kepada pak Fadli, jatah
ikan bawis goreng selanjutnya diberikan ke Mba Yun yang makan berdua dengan
alif. Ikan goreng selanjutnya diberikan kepada Lumi, Sukma dan desi.
Selanjutnya ke Mas Abie dan ikan goreng terakhir dilimpahkan ke Firman yang
udah siap dengan sepiring nasi. Daku dipaksa ikut makan gara-gara ga ada
makan sejak kemarin sore. Rasa ikan bawis goreng ternyata emang enak
cuyyy!palagi gratisan ga perlu beli, cukup mengandalkan dari hasil tangkapan
para spereopon.
Berhubung 2 tenda udah dibongkar dan dirapikan oleh
Lumi, Desi dan Sukma, jam 08.30 kami sudah duduk santai menunggu kapal untuk
pulang ke Bontang. Jam 09.00 kami sudah naik ke kapal dan mulai meninggalkan
dermaga Beras Basah dan menuju pelabuhan tanjung laut.
Rupanya Mas Ogie udah sampai di pelabuhan tanjung laut
lebih cepat. Bahkan mas ogie sempat ketiduran menunggu kapal kami datang.
jam 10.00 kami berpisah dengan Mba Yunny dan rombongan mba maya serta
pasukan borneo freediving&spearfishing. Sekarang tujuan kamu selanjutnya
adalah sebuah Cafe.
Cafe Singapore.
Sebuah cafe di daerah tanjung laut yang memiliki
miniatur patung merlion seperti yang menjadi ikon kota singapura. Bedanya,
patung di cafe ini jamura bwooo dan air mancurnya nyala dari sore hingga
malam. harga makanan&minuman di Cafe ini sedikit diatas rata-rata harga
di cafe-cafe bontang kuala. Dari siang-sore kafe ini tutup tapi pengunjung
diperbolehkan masuk untuk berfoto dengan miniatur patung merlion.
Bontang Kuala.
Daerah ini dikenal sebagai pusat rekreasi warga kota
bontang. Disini ada pusat souvenir khas bontang, kampung diatas air,
restoran terapung dan pusat wisata kuliner. Berhubung pusat kulinernya
berada ditepi laut dan harus melewati jalan kayu yang berisik. Kendaraan
roda 4 harus diparkir diluar area kampung diatas air atau didekat warung
penjual souvenir. Jadi bagi yang menggunakan mobil harus berjalan kaki agak
jauh sambil menikmati suasana ramai dikampung diatas air. yang pakai
motor, bisa melewati jalanan kayu hingga ke tempat parkir pengunjung.Di tepi
laut, terdapat cafe, warung makan, panggung hiburan dan dermaga. Jangan lupa
merasakan kuliner khas Bontang yaitu Gammi Bawis dengan ketan. Harga
makanan&minuman di sini sangat murah meriah.
To be continued after comercial break :D
|
narsiz at Cafe Singapore Tanjung Laut
|
|
Rumah Tradisional Bugis di Bontang Kuala
|
|
Wajah Mba Ellie Hasan yang paling sumringah
|
|
at Bontang Kuala Gate
|
|
Tugu Ekuator Tanjung Santan
|
|
Diorama raksasa patung Putri Junjung Buih, Lembu Swana &
Sepasang Naga
|
|
Islamic Center, kebanggaan Kota Samarinda
|
|
Patung Merlion KW 2 di Cafe Singapore Tanjung Laut
|